Manuskrip Perang Siak di Tampilkan Dosen FIB Unilak di Konferensi Internasional di Abu Dhabi

Selasa, 14 Oktober 2025 | 18:40:58 WIB

RIAUREVIEW.COM --– Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unilak  Iik Idayanti .M.Hum menjadi narasumber dalam Konferensi Internasional Abu Dhabi Keempat tentang Manuskrip, 8-9 Oktober 2025. Judul makalah yang ia tampilkan "Codicological Approach in the Syair Perang Siak Manuscript (KL 154) Copied by Encik Mustafa"

Kegiatan diadakan oleh Yayasan Kebudayaan Abu Dhabi dengan bekerjasama dengan Universitas McGill di Kanada dan mengundang para akademisi untuk membahas tema "Seni Visual dalam Manuskrip Arab dan Islam: Warisan Artistik dan Pengaruh Kontemporer".

Iik Idayanti yang dihubungi Selasa, 15 Oktober 2025  mengatakan Konferensi ini bertujuan untuk mengeksplorasi signifikansi estetika dan budaya manuskrip Arab dan Islam, termasuk pengaruhnya terhadap seni kontemporer. Tema ini dibahas melalui berbagai topik, termasuk peran Abu Dhabi dalam pelestarian warisan budaya, kolaborasi global, signifikansi budaya dan estetika, serta peran teknologi digital dalam pelestarian naskah.

Fokus utama konferensi ini yaitu Soroti Peran Abu Dhabi dalam Pelestarian Warisan Budaya,  Kolaborasi Global, Signifikansi Budaya dan Estetika, Analisis Teknik dan Gaya Artistik, Peran Teknologi Digital dalam Pelestarian Naskah,

Acara dibuka oleh Y.M. Mohamed Khalifa Al Mubarak, Ketua Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi. Penelitilainya yang hadir Profesor Deep Saini, Presiden Universitas McGill, Fatema Al Tamimi, Direktur Manajemen Perpustakaan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi, Y.M. Mohammed Al Murr Ketua Perpustakaan Mohammed Bin Rashid, Dr. Mohammed Kamel Gad, Prof. Faysal Al Hafyan (Suriah) Prof. Yahia Imam Sulayman (Nigeria), Dr. Weld Matali Ahmed Mohamadu (Mauritania) Sabah Bin Muhammed PM (India),Encik Musthofa.

Konferensi ini terbuka untuk para akademisi, peneliti, dan praktisi yang tertarik dengan studi manuskrip Arab dan Islam. Peserta dapat mempresentasikan hasil penelitian mereka dan berdiskusi dengan peserta lain.

Iik yang sedang menempuh pendidikan S3 ini menyampaikan, kesimpulan materi bahwa naskah Syair Perang Siak (KL154) dapat dipandang sebagai sebuah palimpsest budaya yang hidup.  Sebuah teks yang memiliki banyak lapisan makna yang terbentuk dari waktu ke waktu. Naskah ini bermula sebagai syair istana tentang perang dan politik, lalu semakin kaya dengan hadirnya parateks seperti doa, catatan, dan bahkan tulisan pribadi masyarakat.

Dijelaskannya Kolofon serta perjalanan peredarannya memberi nilai politik dan dinastik, sementara penyimpanannya di arsip kolonial menambah lapisan baru dalam kisahnya. Kini, kita membaca dan mempelajari KL154 sebagai warisan budaya yang masih hidup, yang mengingatkan kita bahwa naskah Melayu bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan rekaman hidup yang terus memberi makna dan inspirasi lintas generasi.

“Sangat senang rasanya tampil dalam konferensi internasional di Abu Dhabi dan mendapatkan dukungan dari pimpinan kampus. Dukungan ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus meneliti dan mempromosikan naskah-naskah Melayu sebagai bagian penting dari identitas budaya kita di mata dunia” ujar Iik*

Terkini