Ragam Motif dan Makna Lukisan Gua Zaman Es

Ragam Motif dan Makna Lukisan Gua Zaman Es
Lukisan goa di Kalimantan Timur.

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Penemuan gambar-gambar tua di gua Kalimantan Timur telah memberikan pengetahuan baru bahwa lukisan di zaman es tak hanya ada di daratan Eropa seperti Perancis dan Spanyol, tetapi juga di wilayah Asia. Di gua-gua karst yang berlokasi di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, terdapat hingga ribuan lukisan tertua di dunia.

Lalu, apa makna lukisan dan motif pelukisnya meninggalkan gambar-gambar itu?

Arkeolog Universitas Indonesia R Cecep Eka Permana, menjelaskan bahwa ada berbagai tujuan manusia zaman es membuat gambar-gambar itu di dinding gua. Lukisan-lukisan itu ditinggalkan di gua karena dulunya manusia hidup berpindah-pindah mengikuti hewan perburuan mereka.

"Oleh karena itulah, yang dia gambarkan itu hewan buruan. Seperti yang ada di Kalimantan kemarin itu kan gambar banteng. Kalau yang di Sulawesi itu ada babi ada anoa," jelas Cecep yang dilansir CNNIndonesia.com pada Jumat (9/11).

Sementara itu, gambar-gambar yang ditinggalkan pemburu di Perancis dan Spanyol juga sesuai dengan hewan endemik di wilayah setempat yang tidak ada di wilayah lain seperti mamoth. Di Australia, ada banyak gambar kanguru.

Tak hanya gambar binatang, peneliti juga menemukan banyak gambar telapak tangan. Menurut Cecep ada beberapa arti etnografi dari cap-cap tangan atau stensil tersebut.

"Itu menggambarkan peninggalan jejak untuk menandakan ini tempat punya saya. Ini punya kelompok saya, diberi tanda segala macam untuk itu di gua," jelas Cecep.

Selain itu, cap tangan juga bermakna sebagai penolak bala. Cecep menjelaskan, kebanyakan cap tangan ditemukan di depan goa-goa untuk menangkal hal yang kurang baik dari luar.

Arti etnografi telapak tangan yang lebih spesifik juga ada berdasarkan daerah. Di Papua, misalnya, dia pernah menemukan cap tangan yang seolah-olah terputus.

"Itu artinya mereka berkabung, karena sebelumnya masuknya agama Kristiani ya, atau agamalah ya, itu memang mereka memotong salah satu ruas jarinya ketika ada anggota keluarganya meninggal. Itu sebagai tanda berkabung. Itu sampai akhir abad tahun 19, ritual itu masih ada," paparnya.

Sebelumnya, Max Aubert, salah satu pemimpin penelitian dari Griffith University Australia, yang ikut dalam penelitian di Kalimantan Timur mengatakan bahwa sejauh pengetahuannya tak pernah dia menemukan gambar-gambar yang dia temukan di gua karst Kalimantan itu.

Selain itu, peneliti arkeologi dari Institut Teknologi Bandung, Pindi Setiawan, juga menyatakan bahwa kemungkinan gambar-gambar tersebut merupakan pernyataan peningkatan status, misalnya dari remaja ke dewasa.

"Ada juga kemungkinan itu pohon keluarga ya karena ada banyak telapak tangan dewasa kemudian anak-anak di bawahnya dan mereka dihubungkan dengan garis," lanjut Pindi.

Berita Lainnya

Index