TABIR RIYA

TABIR RIYA

Ria adalah melakukan segala sesuatu dikarenakan selain dari pada Allah A’zza Wajalla. Orang seperti itu, berpakaian, mandi, berbicara dan bergaul dengan sesama ataupun makhluk Allah lainnya dikarenakan bukan dalam rangka atas kesadaran dengan perintah Allah.

“Ria adalah sekecil-kecilnya syirik.”

Lihatlah angin yang bertiup mendorong awan, menghembuskan  udara tanpa pilih bulu dan pilih kasih. Tak pernah ia meminta imbalan dan pujian, tapi semua itu dijalankan atas perintah Tuhannya sebagai bukti ketundukan dan setia kepada-NYA. Perhatikanlah air yang bergerak dan mengalir dari dataran yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Dalam alirannya itu, walau terbentur ia tetap mencari tujuan muaranya disebabkan atas hukum dan perintah Tuhannya. Benturan tebing-tebing yang tinggi tidak dihiraukannya. Onggokan batu-batuan besar dan keras serta tanggul yang menghadang dilangkahinya demi mewujudkan perintah Allah SWT.

Tiada yang ia harapkan melainkan membuktikan ketundukan kepada Allah A’zza Wajalla. Karena dengan ketundukan yang demikian, nyatalah asma Allah pada air itu. Allah menampakkan kebesaran Asma-Nya pada air itu yang senantiasa tunduk kepada-Nya. Dengan air itu, Allah suburkan bumi setelah tandusnya, dan Allah hidupkan tumbuh-tumbuhan setelah (sebelumnya) kering kerontang. Air nyata sudah membuktikan sifat Allah yang hayat (hidup).

Lalu, wahai manusia, Allah telah sempurnakan kejadianmu di atas kejadian yang lain, dan dititipkan seluruh alam ini kepadamu. Mengapa engkau gunakan kepada selain-Nya. Allah sempurnakan kejadianmu dengan tujuan menyatakan sifat-sifat-NYA dengan jalan ibadat yang tulus ikhlas dan untuk ia belaka.

Wahai abid yang berharap mendekatkan diri kepada Tuhan. Pancangkanlah niat yang kokoh dalam dirimu, tuntutlah ilmu untuk menuju Tuhanmu. Karena perjalanan tanpa ilmu dalam menuju Al-Haq tak ubahnya seperti orang yang berjalan di tengah padang pasir ataupun lautan tanpa, batas tanpa membawa bekal makanan dan minuman. Ingatlah iman tanpa ilmu adalah membabi buta dan ilmu tanpa amal adalah senyata-nyatanya kafir.

Setelah engkau ketahui bahwa riya itu adalah sekecilnya syirik terhadap Allah, hal itu harus dijauhi dalam menuju Allah. Dengan pengetahuan itu, engkau senantiasa melakukan perintah dan menjauhi larangan-NYA tanpa muatan dan kebocoran perahu di lautan Al Haq Azza Wajalla. Bersihkan dan sucikanlah dalam pengabdian yang tulus tanpa menuntut apapun selain keridhaan-NYA, dan berkekalan dengan-NYA.

Sebaliknya, bila engkau mengharapkan sesuatu selain-NYA dalam ibadahmu, sesungguhnya engkau telah memperbanyak dan mempertebal tabir antara engkau dengan Tuhanmu. Hijab itu, akan semakin tebal apabila engkau pupuk terus riya dalam dadamu. Tiada sedikitpun manfaat dan nikmat dari riya itu. Ibadahmu bukan orang lain yang membalasnya.

Dalil:

  1. Adakah engkau perhatikan orang-orang yang mendustakan agama
  2. Itulah (orang) yang mengusir anak piatu
  3. Dan tiada mencontohkan untuk memberi makanan pada fakir miskin
  4. Sebab itu celakalah orang-orang yang shalat
  5. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya
  6. Yang mengerjakannya dengan riya
  7. Dan enggan untuk membayar zakat (Al-Maun 1-7)

Ibadah adalah pola tingkah laku dan pekerjaan hamba pada Allah. Abid pelakunya dan ibadah adalah pekerjaannya. Tidaklah ibadah namanya bila engkau tujukan kepada selain Allah. Engkau bukan hamba-NYA bila bersarang riya dalam hatimu.

Hati adalah istana Allah mengapa diserahkan dan diperuntukkan kepada selain-NYA? Bila riya menjadi perangaimu, bila itu terus membonceng dalam ibadahmu, sesungguhnya engkau adalah hamba makhluk. Hamba makhluk adalah untuk makhluk. Hamba Allah adalah untuk Allah.

Lepaskan riya itu, dengan sifat ikhlas, tiada seindah-indahnya dan semulia-mulianya ibadah melainkan ibadah yang ikhlas. Tiada secantik-cantiknya dan seanggun-anggunnya seorang abid dihadapan Allah melainkan abid yang yang paling tulus dan ikhlas serta malu berlaku riya dihadapan-NYA. Ketundukan, kepolosan dan keikhlasan abid itu diisi dengan kasih sayang Allah yang Maha Tulus atas abid itu.

Wahai manusia ketahuilah bahwa riya dalam hakekatnya adalah rayuan, sebab ia selalu menyuguhkan kepada  derajat dunia. Sifatnya adalah riya, perbuatannya merayu-rayu, bentuknya adalah rayuan berupa selain Allah dan keridhaan-NYA dalam ibadah.

Jagalah dirimu dari riya, sebab itu adalah perniagaan yang jelas sekali merugi dalam ibadah kepada Allah SWT. Riya adalah koruptor dan pembobol rekening dalam perbendaharaan dengan Allah. Ia adalah keringat yang tiada berupah dalam kerja. Tidak akan tinggi dan tidak akan mulia dalam pandangan makhluk dan pandangan Allah, karena sesungguhnya Allah lah yang merubah dan menetapkan pandangan setiap segala sesuatu. Maka dari itu, singkapkanlah tabir riya dari dirimu agar engkau cerah dalam pandangan-NYA.

Celakalah orang yang riya dalam ibadahnya, sungguh celaka dan amat merugi. Jangan engkau hitung-hitung ibadahmu dengan anugerah dan rahmat Allah yang ia berikan. Apakah engkau mau berhitung dengan Zat yang seluruh kekuasaan berada ditangan-NYA. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang engkau zahirkan dan engkau sembunyikan. Dialah Zat pemilik segala pengetahuan dan Maha mengetahui segala sesuatu. Apakah engkau mau menyimpan riya dihadapan Zat Yang Maha meliputi segala sesuatu? Berterus teranglah dan mengakulah atas kebodohanmu.

Bila senantiasa engkau berdandan dan bersolek untuk dianggap cantik di mata manusia, bila engkau beramal untuk dipandang pemurah dihadapan makhluk maka silahkan engkau meminta balasan kepada mereka. Bila demikian halnya, di dunia engkau hidup untuk makhluk karena engkau berbuat untuk makhluk, diakhirat engkau termasuk orang yang merugi dan terhina. Disisi Tuhan engkau orang-orang yang terhina karena tidak mendapat pandangan Allah Azza Wajalla. Hal yang demikian itu, dikarenakan engkau tak pernah berpikir bagaimanakah pandangan Allah terhadapmu. Akan tetapi, engkau berbuat tertuju pada pandangan manusia.

Sekali lagi berilmu dan berilmulah dalam beriman kepada-NYA. Bukan orang lain yang mengangkat derajatmu, bukan acungan jempol dan pujian mereka yang akan mengagungkanmu. Sementara wahai abid, semua pengagungan yang mereka lakukan terhadapmu adalah dalam rangka riya juga dan hanya mereka lakukan bila ada sesuatu yang mereka harapkan terhadapmu.

Sesungguhnya pujian itu, hanyalah pakaian Allah dan hanya milik Allah. Maka hati-hatilah engkau terhadap pujian itu. Serahkanlah kembali kepada pemiliknya, yakni Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.  Dialah Zat yang sangat lazim untuk dipuji.
Firman Allah :

  1. Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih memuji Tuhan. Kepunyaan-Nya kerajaan dan pujian dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu.
  2. Dialah yang menciptakan kamu, di antara kamu ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Dan Tuhan itu melihat dengan terang apa yang kamu kerjakan.
  3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran, dan dibuatkan-Nya bentuk kamu, dan diadakan-Nya bentuk yang elok. Kepada-Nya tempat kembali. (At Taghabun 1-3)

Cukupkanlah dirimu hanya dengan Allah, dengan keagungan dan kebesaran-NYA atas dirimu. Berusahalah dengan sungguh-sungguh dalam menuju Tuhanmu. Jangan engkau sembunyikan keinginan yang lain dihadapan Allah A’zza Wajalla Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Jangan engkau berlelucon yang tiada berharga dan tiada memberi manfaat sedikitpun atas nilai ibadahmu. Pandangan-NYA jelas hanya akan tertuju kepada hatimu. Semoga engkau mengerti wahai abid.

Berita Lainnya

Index