Harga TBS Tak Kunjung Membaik, Petani Sawit se-Indonesia Siap Demo di Istana

Harga TBS Tak Kunjung Membaik, Petani Sawit se-Indonesia Siap Demo di Istana

RIAUREVIEW.COM ---Seluruh petani sawit Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengadakan rapat koordinasi nasional terbatas (ratas) secara daring. Dalam rapat tersebut, disepakati bahwa petani se-Indonesia akan melakukan unjuk keprihatinan ke Istana Negara terkait kondisi sawit hari ini.


Rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum Apkasindo, Gulat ME Manurung, ini bertujuan untuk mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai langkah konkret petani sawit Indonesia sebagai reaksi atas kisruh harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit yang tidak menemukan titik terang.
 

Dalam rapat tersebut, Gulat menjelaskan materi diskusi dengan Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo pada tanggal 11 Mei di kediaman Moeldoko. Materi diskusi tersebut tentang kondisi terkini petani sawit dari Aceh sampai ke Papua. Dimana Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada 5 hari terakhir sudah mulai menolak TBS petani.
 

Perhitungan APKASINDO, kata Gulat, dari 1.118 PKS se Indonesia, paling tidak 25 persen sudah menolak TBS petani. Sementara harga TBS petani sudah anjlok 40-70 persen  secara merata sejak 21 hari terakhir.
 

Selain itu disampaikan juga tentang Permentan 01 tahun 2018 yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini petani sawit. Dimana 93 persen Petani sawit, didominasi oleh petani sawit swadaya yang melakukan usaha taninya secara mandiri (tidak bermitra), sementara permentan tersebut hanya fokus mengatur petani bermitra (hanya 7 persen).
 

"Kami juga saat pertemuan tersebut memberikan usulan kepada Ketua Dewan Pembina untuk disampaikan ke Pemerintah, tentang solusi percepatan distribusi minyak goreng sawit curah (subsidi) ke pelosok tanah air, karena memang Apkasindo itu hadir di 146 Kabupaten Kota se Indonesia dari 22 Provinsi," kata Gulat.
 

Dalam ratas yang hanya dihadiri oleh Ketua-Ketua Apkasindo,  dari Aceh sampai Papua tersebut Gulat juga menegaskan bahwa Petani sawit harus bersatu dan kompak, masalah ekonomi rumah tangga petani sawit, tidak ada politik atau kepentingan lainnya kecuali hanya selamatkan rumah tangga Petani Sawit Indonesia.
 

Pada kondisi keprihatinan ini, semua sangat dirugikan, terkhusus petani sawit yang menggantungkan hidupnya ke hasil panen harian sawit jadi berpacu dengan waktu.
 

"Asumsi bahwa CPO hasil pembelian dari TBS Petani dengan harga murah, akan langsung dijual mahal jika kran eksport dibuka, nampaknya hanya impian belaka bagi para Pemilik PKS dan Eksportir CPO dan turunannya. Ia memang benar semula asumsi seperti itu diperkirakan akan terjadi, namun karena pasar CPO dan Produk turunannya pada 10 hari terakhir sudah berangsur dikuasai oleh runner up Malaysia, jadi pupuslah harapan tersebut, seperti itulah pasar (suply and demand) dan kepastian adalah kata kuncinya," katanya.
 

"Untuk itu Saya mengimbau para Pemilik PKS segera melepas timbunan CPO nya dan Refinery segera mengeksport produk turunan CPO (yang tidak dilarang tentunya) supaya tangki-tangki CPO berangsur normal. Jika korporasi PKS dan refinery tetap bertahan menahan, ujung-ujungnya kerugian tersebut akan kembali dipikul oleh Petani dan korporasi berikutnya, sebagaimana yang terjadi saat ini," cakap Gulat lagi.

Dalam ratas yang berlangsung selama 2 jam tersebut terungkap kuat  animo peserta rapat untuk secepatnya mengadakan gerakan langsung dalam bentuk unjuk keprihatinan ke Istana, untuk memastikan bahwa suara petani sawit didengarkan Presiden Jokowi.

Setelah mendengar perwakilan Ketua-Ketua DPD dan DPW dari Aceh sampai Papua, tentang keluhan petani sawit di 22 Provinsi dan 146 Kabupaten kota Apkasindo, Gulat menyimpulkan bahwa situasi ini sangat rawan dan harus disampaikan langsung ke Presiden Jokowi.

"Saya menghormati keinginan Ketua-Ketua Apkasindo untuk melakukan aksi dan sepakat namanya dalam bentuk ”Unjuk Keprihatinan Petani Sawit Indonesia”, ke Jakarta dan semua Ketua-Ketua DPW Apkasindo dari 22 Provinsi sepakat berpakaian adat budaya masing-masing. Ini juga menggambarkan bahwa petani Sawit adalah Bhinneka Tunggal Ika, Pemersatu Bangsa," kata Gulat
 

Untuk tanggal aksi, kata Gulat, menunggu surat pemberitahuan yang segera diantar ke Mabes Polri, dan semoga Kapolri berkenan dengan aksi keprihatinan petani sawit Indonesia ini, sedari berjanji akan tertib dan mengedepankan norma-norma kepatutan.
 

 

 

Sumber: cakaplah.com
 

Berita Lainnya

Index