Setiap Bulan, 2 Ribu Nasabah Bank Jadi Korban Kejahatan Siber

Setiap Bulan, 2 Ribu Nasabah Bank Jadi Korban Kejahatan Siber
Ketua Komite Kerja Cyber Security Perbanas & Executive Vice President Center Of Digital BCA, Wani Sabu. Foto: CNN Indonesia/Chandra Erlangga

RIAUREVIEW.COM --Sebanyak dua ribu nasabah bank swasta menjadi korban kejahatan siber setiap bulan. Modus social engineering menjadi siasat penjahat siber untuk keruk tabungan nasabah.

Ketua Komite Kerja Cyber Security Perbanas & Executive Vice President Center Of Digital BCA, Wani Sabu mengatakan modus operandi itu terbilang populer lantaran penjahat siber terbilang repot jika membobol sistem keamanan perbankan.

"Dalam satu bulan ada dua ribu kasus tipu-tipu nasabah. Nasabah ku menjadi korban, entah transfer ke bank lain atau ke fintech," kata Wani dalam acara Indosat Ooredo Hutchison Connex Webinar, Kamis (25/8) di Kuta, Bali.

Dia mengatakan social engineering merupakan siasat penjahat siber yang memengaruhi pikiran nasabah dengan membuat kondisi emosional semringah maupun sedih.

Biasanya, kata Wina, penjahat siber akan menelpon sasaranya seolah sebagai pemberi hadiah ataupun melaporkan hal yang sekiranya membuat calon korban khawatir.

"Nasabah dalam kondisi (emosional) happy maupun sedih bisa jadi mau melakukan apa yang diperintah (oleh pelaku pembobolan)," tuturnya.

Wani mengatakan para pembobol rekening nasabah juga memiliki kemampuan mengamati perilaku atau respons calon korban.

Dengan demikian, dalam hitungan menit calon korban pun percaya dan memberikan data-data penting, padahal data itu digunakan untuk akses rekening korban.
 

"Mereka sangatvpaham behavior kondisi nasabah kita," katanya.

Pada kesempatan yang sama, SVP Head of Marketing & Channel Management Indosat Ooredoo Hutchison, Linggajaya Budiman mengungkapkan sederet ancaman siber yang kerap seliweran di masyarakat.

Dia mengungkapkan dengan kemudahan akses perbankan di dunia digital, memungkinkan data pengguna dapat diperoleh di mana saja.

"Itu kan memberikan kemudahan dan itu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyerang sistem (nasabah)," ujar Linggajaya dalam acara Indosat Ooredo Hutchison Connex Webinar, Kamis (25/8) di Kuta, Bali.

Menurutnya, para nasabah dihadapkan dengan situasi kepercayaan dan integritas. Penjahat siber menjelma sebagai pihak yang dianggap dipercaya agar mendapatkan kepercayaan.

Selain itu, ada pula ancaman integritas, di mana data nasabah bisa dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab demi mengeruk keuntungan.

Di samping itu Linggajaya juga mengatakan jaringan yang digunakan dalam mengakses platform perbankan juga harus aman.

Ada dua hal satu, tadi karena kan semua itu data ya, yang kita tahu di storage, bagaimana pipa atau jaringan yang diakses ke sana juga harus secure.

Kemudian dari pihak perbankan, kata dia, penting juga untuk melakukan otomatisasi transaksi yang mencurigakan, untuk mencegah terjadinya pembobolan dana nasabah.

"Ketika ada insiden yang terjadi akan terbaca dari sistem dan bisa dilakukan mitigasinya," tutup dia.
 

 

 

Sumber: CNNIndonensia.com

Berita Lainnya

Index