Unilak Menuju Kampus Ramah Disabilitas, Dosen dan Pegawai Unilak Dibekali Pemahaman Literasi

Unilak Menuju Kampus Ramah Disabilitas, Dosen dan Pegawai Unilak Dibekali Pemahaman Literasi

PEKANBARU,RIAUREVIEW.COM ---Universitas Lancang Kuning Pekanbaru mengadakan penguatan literasi disabilitas dan pelatihan bahasa isyarat bagi dosen dan pegawai yang diadakan selama dua hari Rabu-Kamis (5-6 Oktober 2022) di Aula Pustaka.

Pelatihan dibuka oleh Rektor Unilak Dr Junaidi, turut hadir, Wakil Rektor, dosen dan pegawai di Unilak. Dengan narasumber dosen Fadiksi yang juga kepala Badan Physikologi dan Disabilitas Heleni Filtri.M.Psi dan Pakar Bahasa Isyarat Santi Setyaningsi dengan jumlah peserta lebih dari 100 orang.

Pelatihan literasi disabilitas dan bahasa isyarat dilakukan seiring dengan Unilak telah mendeklarasikan sebagai kampus menuju ramah disabilitas dan pada tahun ini sebanyak 14 mahasiswa berkebutuhan khusus kuliah di beberapa Fakutlas di Unilak.

Dr Junaidi dalam sambutannya meminta kepada dosen dan pegawai untuk dapat memberikan pelayanan yang ramah kepada semua mahasiswa termasuk mahasiswa disabilitas. Literasi Disabilitas dan bahasa isyarat ini tentu memberikan manfaat bagi dosen dan pegawai Unilak yang nantinya akan berkomunikasi dengan mahasiswa disabilitas secara langsung.

"Prinsip Education For All (hak memperoleh pendidikan) menjadi dasar Unilak menerima mahasiswa baru dari penyandang disabilitas, tahun ini jumlahnya banyak. Dan tahun ini juga Unilak secara resmi telah mendeklarasikan menuju kampus ramah disabilitas. Konsekuensi dari itu maka dosen dan pegawai di Unilak harus belajar, berkomunikasi bahasa isyarat. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan pelayanan ramah kepada mahasiswa berkebutuhan  khusus/disabilitas. .

Dijelaskan Dr Junaidi, bahwa bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir. Bahasa ini biasanya mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran atau mereka rasakan.

Heleni Fitri Kepala Lembaga Physikologi dan Disabilitas Unilak dalam pemaparanya menyebutkan, bahwa penting dosen dan pegawai memahami etika berkomunikasi dengan mahasiswa disabilitas. Kita harus kenali gerakan disabilitas. Di Unilak ini ada ragam disabilitas yaitu tuna rungu dan tuna netra. Etika berinteraksi dengan tuna netra berbeda ketika berinteraksi dengan tuna rungu, jadi ada aturannya.

"Untuk berkomunikasi dengan tuna netra Jangan memegang  secara fisik, sebelum memegang harus minta ijin dulu, untuk tuna rungu maka berinteraksi harus menggunakan bahasa isyarat, harus jelas, menggunakan gerak yang jelas. Dan saran saya untuk dosen yang mengajar, mahasiswa disabilitas posisi duduk di kelas harus paling depan. Agar mereka cepat beradaptasi dukungan dari dosen dan kawan-kawan mahasiswa lainnya sangat penting, saling hormat menghormati itu penting, hindari mengejek/pembulian. Untuk tuna rungu itu sensitifitasnya lebih tinggi. maka saat bergaul hindari tertawa/berbisik di samping mereka, bisa jadi mereka menganggap membicarakan dirinya, padahal bukan."ujar Heleni Filtri yang sedang menempuh pendidikan Doktor ini.

Berita Lainnya

Index