selembar sajak rindu yang kau tulis dan kau tinggalkan di ujung perjumpaan kita, selamanya akan menjadi kenang bersama hasratku yang hilang melampaui penggal-penggal kisah yang kau semikan cinta padanya
sesekali temui aku di sini, dan kuingin kau melagukan lagi bait-bait romantis madahmu itu; setidaknya menjadi penghalau sepiku membuncah diamuk-amuk diammu di saat semua arah dan tuju menyelinap menyusuri jalan-jalan sunyi yang rimbun oleh puja dan puji
selembar sajak rindu yang kau tulis dan kau tinggalkan di ujung perjumpaan kita itu, tiba waktunya kulepaskan kembali dari tumpukan-tumpukan kenangan – lalu kubaca, kueja sekeras suara ketika kau tak lagi mengurai geram kepada panas mentari, kepada bayu yang menyembunyikan cinta dan kasihnya untuk setia
biarlah sajak rindumu itu menjadi hujan saat kemarau awal tahun menjelma menyapa laut-laut jiwa yang tak surut oleh luka; ketika laman senda kita tak lagi hijau dan tak seharum waktu dulu, walau kutahu hakikat pertemuan sesungguhnya adalah salam perpisahan yang tak pernah usai oleh derai kata-kata dan lantunan doa-doa
aku akan selalu menunggumu pulang, membilas rindu dan setiap kenangan yang datang
2019, Marzuli Ridwan Al-bantany (Rumah Sastra Bengkalis)