Anak Riau Kembali Hasilkan Film Baru, 'Syair Pengikat' Tayang di ASIT

Anak Riau Kembali Hasilkan Film Baru, 'Syair Pengikat' Tayang di ASIT
Diskusi Usai Pemutaran Film Syair Pengikat Bersama Pematik Dr. Junaidi, M.Hum di ASIT.

PEKANBARU, RIAUREVIEW.COM -Anak Riau kembali menghasilkan karya film baru 'Syair Pengikat'. Pemutaran film Syair Pengikat diadakan di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) Pekanbaru, Sabtu, (16/3/19).

Pemutaran film Syair Pengikat ini dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Riau Fahmizal, S.T., M.Si. Untuk menggugah semangat minat perfilman anak muda Riau, usai pemutaran film dilanjutkan diskusi dengan menghadirkan akademisi Unilak sebagai pemantik  Dr. Junaidi, M.Hum.

Film yang diproduksi oleh Siak Cinema dan sutradarai oleh Andi Lesmana ini mengangkat lokalitas Riau seperti objek wisata di Siak Sri Indrapura, sastra, tradisi dan budaya.

Penuh kejutan dan menegangkan. Film yang bergenrekan horor ini diisi dengan cerita romantisme, aksi dan komedi.

Andi menjelaskan, "ini adalah cerita fiksi. Kami coba mengangkat budaya yang ada di Riau yaitu syair kuno. sebelumnya, ini berawal dari sebuah tantangan yang diberikan teman, dan inilah hasilnya menjadi sebuah film dengan durasi 90 menit," jelas Andi.

Dengan judul film Syair Pengikat,menceritakan tentang seorang mahasiswa yang tidak sengaja menemukan buku syair kuno di Perpustakaan daerah. Syair yang ia temukan tersebut adalah syair yang belum sempurna. Mahasiswa yang menemukan syair tersebut harus menyelesaikan lanjutan syair yang tidak selesai ditulis oleh penulis terdahulu. Jika tidak, mahasiswa itu akan mendapatkan musibah. Kisah pada zaman dahulu pada sebuah suku jika ingin melaksanakan pernikahan harus membuat atau menempah sebuah syair. Inilah yang disebut diberi judul 'Syair Pengikat'.

Kadis Pariwisata Riau Fahmizal, ST. M.Si yang membuka acara pemutaran film Syair Pengikat mengatakan, "Ini adalah momentum awal menjemput kegemilangan perfilman di Riau. Film ini perlu dipikirkan untuk konteks dan kontennya. Kontennya adalah Melayu, dan konteksya adalah kekinian atau melienial. Kita tidak bisa lari dari kekinian atau milenial, walau hidup kita mengarah kekinian dengan berwana Melayu," jelas Fahmizal. "Kepada penonton yang hadir, semoga terhibur dan terapresiasi," tutupnya.

Berita Lainnya

Index