Apa Target di balik Deretan Penyerangan Tokoh Agama?

Apa Target  di balik Deretan Penyerangan Tokoh Agama?

RIAUREVIEW.COM -Penyerangan terhadap tokoh agama masif terjadi di Tanah Air. Pelakunya rata-rata orang gila. Sejumlah pihak mencurigai rentetan peristiwa ini merupakan skenario untuk menciptakan teror.

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran Muradi menganalisa penyerangan sudah dipetakan. Pertama, katanya, umumnya ulama yang toleran menjadi incaran. Kedua untuk menciptakan situasi seolah-olah genting dan mencekam.

"Sehingga muncul persepsi untuk mendelegitimasi pemerintah. Pemerintah dianggap tak bisa melindungi dan sebagainya. Kepercayaan publik menurun," katanya  Rabu (21/2) malam.

Salah satu penyerangan yang terjadi terhadap KH Hakam Mubarok, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Karangasem, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pelakunya NT. Polisi mengatakan pelaku sakit jiwa. Tiap kali diperiksa NT berbicara tidak jelas. Mengaku bapaknya Klewar, rumahnya Lemahbang Kulon. Namun, suka berubah lagi sebagai Paijo dan Gana Kriana.

Muradi juga mencurigai dengan pelakunya orang gila akan berdampak kepada polisi yang secara posisi berada di bawah presiden. Masyarakat, lanjutnya, bisa menilai polisi tidak obyektif dalam melakukan penyelidikan.

"Bisa muncul persepsi tak percaya dengan polisi (rekayasa). Dalam beberapa kejadian disebut pelaku orang gila. Bagian dari target (polisi)," tuturnya.

Untuk itu, Muradi menyarankan agar polisi menggandeng pihak luar untuk mengumumkan kondisi para pelaku penyerangan. "Polisi sebaiknya minta keterangan ahli untuk nyatakan gila. Bisa juga pakai psikiater," imbuhnya.

Muradi melihat muncul teror-teror ini berkaitan dengan tahun politik yang semakin dekat. Dia melihat kejadian ini justru berkaitan dengan Pemilu 2019 nanti.

"Bukan untuk 2018. Orang-orang diarahkan tak percaya pemerintah," tandasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta polisi bersikap tegas dalam menangani kasus penyerangan ulama. Dia berharap kasus serupa tidak terjadi kembali.

"Semuanya harus dijaga, jangan sampai ada kejadian-kejadian yang terus menerus seperti itu," ucapnya.

Jokowi juga menjelaskan, dirinya sudah menginstruksikan agar Polri mencari tahu motif penyerangan terhadap ulama. Apakah penyerangan itu murni tindakan kriminal atau sebaliknya. "(Sampai saat ini) Saya belum mendapatkan laporan secara detail (dari Polri) mengenai itu," ungkapnya.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (purn) Budi Gunawan mengaku sudah memprediksi maraknya penyerangan sejumlah tokoh agama di beberapa wilayah. Dia mengatakan di tahun politik 2018-2019 akan banyak kampanye hitam yang berkedok agama.

"Jadi kami di BIN dan seluruh jajaran sudah memprediksi yang mendeteksi dan memprediksi bahwa ditahun politik ini 2018-2019. Kita sudah membuat prediksi seperti itu bahwa akan marak kampanye hitam. Kampanye hitam wujudnya isu-isu PKI antara lain agama," kata Budi Gunawan di Kantor Wakil Presiden, Jl Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (15/2).

Budi juga menjelaskan dengan maraknya kasus tersebut, masyarakat harus lebih waspada. Dia meminta masyarakat jangan mudah dipengaruhi.

"Jangan mudah terpancing, masyarakat juga jangan terprovokasi," pintanya.

Selain di Lamongan, penyerangan terhadap pemuka agama juga terjadi di beberapa tempat. Pada Kamis (1/2) lalu, Ketua Brigade Persatuan Islam Indonesia (Persis) Ustaz R Prawoto dianiaya Asep Maftuh. Prawoto akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di kawasan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, pada malam harinya.

Penyerangan lain juga terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hidayah Santiong, Kampung Sentiong RT 04/01, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pengasuh Ponpes Al-Hidayah Santiong, KH Emon Umar Basyri diserang oleh orang tak dikenal.

Sementara di Tuban pada Selasa (13/2), pria berinisial MZ mengamuk dan merusak Masjid Baitur Rohim Tuban. Dia memecahkan kaca masjid lantaran kesal ditegur oleh petugas masjid. Gereja Santa Lidwina Sleman juga menjadi sasaran. Seorang romo bernama Edmund Karl Prier dan tiga jemaat mengalami luka-luka.

Sumber: merdeka.com

Berita Lainnya

Index