JANGAN BURUK SANGKA PADA TUHANMU

JANGAN BURUK SANGKA PADA TUHANMU

Hadis Qudsi:

"Aku sesuai dengan persangkaan hambaku padaku“.

Ketahuilah tabir dan hijab yang membatasi antara dirimu dengan Allah adalah buruk sangka kepada-Nya. Tidak mudah menghapus sifat ini, karena telah menjadi kebiasaan sebagian besar manusia. Kebodohan telah membawa sebagian besar manusia kepada prasangka yang tidak baik kepada-Nya. Hari-hari yang dijalani tidak lepas dari praduga itu.

Tidakkah  dirimu sadari bahwa tidak bergerak segala sesuatu melainkan karna-Nya. Tidakkah engkau saksikan bahwa setiap apapun yang ada di alam ini berada dalam kekuasaan-Nya? Bukankah matahari tidak dapat beredar sendiri untuk mengganti siang dan malam, melainkan digerakkan Allah A’zza Wajalla? Hal ini merupakan bagian dari rahmat-Nya yang diberikan kepada manusia. Bukankah bulan dan bintang  muncul menghiasi malam dan menjadi petunjuk serta hitungan hari muncul bisa dengan sendirinya? Semua itu, tiada lain adalah atas kekuasaan-Nya.

Wahai manusia jangan engkau buruk sangka pada Tuhan yang telah menciptakan. Pikiranmu jangan  dipengaruhi oleh romantika kehidupan dan goyangan alam. Nanti engkau senyata-nyata kafir.

Jangan  anggap ini lelucon. Tidak pernah dirimu berprasangka yang indah dan baik terhadap Allah. Ibadah engkau anggap kesia-siaan, kejujuran engkau anggap kebodohan. Sementara kelicikan engkau anggap identitas kecerdikan dan kepintaran. Sungguh engkau salah pandang, yang selanjutnya akan membawamu kepada kebingungan yang sangat. Engkau bukannya menipu Allah, akan tetapi engkau telah menipu diri sendiri.

Firman Allah :
“Mereka ingin memperolok-olokan Allah sesungguhnya mereka telah memperolok diri mereka sendiri. Dan Allah Maha Tahu atas apa yang mereka kerjakan”.

Pekerjaan dilakukan selalu diawali dengan buruk sangka. Perniagaan dihiasi dengan penipuan, karna menurut prasangka kalau tidak demikian maka  tidak dapat untung. Setiap mendapat rezeki berupa harta dan uang, dirimu melihat itu adalah hasil dari jerih payah, pemberian  majikan, atau orang lain.

Begitu juga sebaliknya, terhadap harta dan pangkat engkau takut  kehilangan.  Engkau sangat curiga. Tidak ada yang mau mencuri harta, tidak ada yang mau menjatuhkan pangkat, melainkan semua dari Allah.

Kerugian yang dialami bukan dari orang lain, jangan sekali-sekali  mencari kesalahan dari luar dirimu, atau  menuduh orang lain penyebab dari segala bencana yang menimpa.

Penyebabnya adalah karena kesalahan dan kelalaian dirimu sendiri. Seluruh yang engkau alami, apakah itu yang  dianggap nikmat berupa keuntungan, ataupun yang dianggap bencana dan musibah berupa kerugian. Sekali-kali bukanlah semua bencana yang diperuntukkan bagi dirimu, akan tetapi adalah nikmat-Nya.    

Mengapa selama ini engkau anggap bencana dan musibah? Sebabnya karena piciknya akal dan pengetahuanmu.Engkau anggap rezeki itu hanyalah harta, uang, usaha perniagaan yang besar, pangkat dan kedudukan dan seluruh perbendaharaan lainnya. Ketahuilah sesungguhnya itu, hanya sebagian kecil dari nikmat Tuhan. Nikmat-Nya yang besar dianugerahkan kepada sebagian orang pilihan-Nya adalah kebeningan hati dan kesucian jiwa. Nikmat ini tidak dapat ditukar dengan  harta, sekali-sekali tidak akan bisa. Bagaimana pula halnya  akan tawar-menawar dengan Allah untuk menganugerahkan nikmat yang ia berikan kepada sebagian orang pilihan-Nya  dengan harta. Padahal  harta dan kekayaan itu sesungguhnya kepunyaan-Nya?

Bila engkau sadari, bukankah kotornya pikiran telah menyusahkanmu selama ini? Bukankah kotornya hati telah membuat sesak nafas dan sempit rasanya di dada?

Maka engkau raihlah nikmat yang amat besar ini, karena tidak akan ada yang dapat menuju-Nya melainkan hati yang bersih. Dari itu, segeralah buang segala buruk sangka yang ada pada dirimu. Renungilah benar-benar apa yang telah menimpamu. Bukankah itu adalah teguran dari Allah Swt? IA tegur, agar engkau  senantiasa ingat kepada-Nya. Dia ingin menjadikanmu sebagai hamba yang selalu ingat akan nikmat-Nya. Sesuatu yang biasa, bila apa saja perbendaharaan yang ia anugerahkan  kembali diambilnya.  Itupun bertujuan agar engkau menjadi orang yang mengerti akan hikmah.  Maka dari itu, jangan engkau berpikiran yang jelek terhadap kekuasaan Tuhan. Kalau memang demikian, adanya engkau harus menghapus hijab ini. Engkau harus membuangnya jauh-jauh. Bila satu sifat ini saja lepas darimu, sungguh engkau telah termasuk golongan orang-orang pilihan-Nya. Tiada yang dapat mengangkatmu kehadirat-Nya, melainkan Allah itu sendiri. Bila engkau terus buruk sangka kepada-Nya kapan pula waktunya engkau sampai kehadirat-Nya.

Firman Allah Swt:
“Allah itu cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya sebagai sebuah lubang yang didalamnya pelita. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan. Pelita itu dinyalakan dari kayu yang berkat, yaitu zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat. Minyaknya saja hampir memancarkan cahaya sendiri biarpun tidak disinggung api. Cahaya di atas cahaya! Tuhan memimpin siapa yang ia kehendaki menerima cahaya-Nya itu. Allah membuat perumpamaan kepada manusia, dan Allah mengetahui segala sesuatu”.

Allah menciptakan dirimu  senantiasa dalam bimbingan-Nya. Allah yang menunjuki setiap hamba-Nya yang ingin menuju-Nya. Terangnya siang dan gelapnya malam adalah perumpamaan bagi sisi batinmu. Jiwa manusia dalam kenyataan juga tidak lepas dari sisi gelap dan terang.  Terang itu adalah jiwa yang telah diberi iman, sementara jiwa yang gelap itu adalah jiwa yang kufur dan tidak mengaku kepada Tuhannya.

Malam yang engkau lihat dihiasi oleh bintang yang berkilauan, segelap-gelapnya malam masih ada juga cahaya yang meneranginya. Walaupun cahaya itu kecil berupa bintang-bintang yang jauh, sehingga atas jarak yang jauh itulah ia terlihat kecil menerangi di malam hari. Begitulah perumpamaan Allah kepada sisi batin manusia. Batin segelap apapun, ternyata masih ada  cahaya menuntunnya pada kebenaran Allah. Mengapa cahaya itu kecil? Karena ia jauhkan Allah dari-Nya sendiri. Jadi, bukan Allah yang tidak menerangi dan menunjuki. Akan tetapi, diri itulah yang menjauhi dan menutupi sendiri dengan tidak mengakui kebenaran yang ada di dada. Seluruh cahaya penerang itu, baik lahir maupun batin adalah Allah, karena Dialah Nurussamawaati Walardh. Maha penyayang Allah, Ia berikan perumpamaan itu, agar engkau bisa mengambil pelajaran dari itu.   

Maka oleh karna itu, hindarilah seluruh praduga-praduga yang tidak layak engkau tunjukan kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Maha Terang sehingga tidak terlihat olehmu. Sebab engkau melihat dengan mata kebodohan dan hati yang gelap.

Setiap datang pikiran jelek dalam pikiranmu, pukullah ia. Selalulah berpikiran yang bagus dan yang indah-indah. Semua itu, akan bisa engkau lakukan  diawali dengan rasa pengertian dan kasih sayang.

Maka awalilah seluruh pekerjaanmu dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
    
Setiap buruk sangka, setiap itu pula pikiranmu dipenuhi oleh kegelapan. Selanjutnya jiwamu menjadi sempit dan engkau dipengaruhi oleh pikiran sendiri. Sungguh tega engkau menyiksa dirimu sendiri. Bukankah setiap berpikiran baik jiwamu menjadi lapang? Lalu kenapa halnya tidak engkau lakukan seterusnya.

Jangan berburuk sangka, walaupun yang datang kepadamu itu yang tidak disukai dan merupakan musibah menurut anggapan orang lain. Di balik semua itu akan ada hikmahnya, maka ambillah selalu kepada yang bermanfaat.

Berita Lainnya

Index