Sambut Hari Jadi Bengkalis ke-510, Pemkab Ziarah di Makam yang Jadi Situs Sejarah dan Budaya

Sambut Hari Jadi Bengkalis ke-510, Pemkab Ziarah di Makam yang Jadi Situs Sejarah dan Budaya
Wakil Bupati Bengkalis H. Bagus Santoso didampingi Forkopimda Bengkalis saat melaksanakan ziarah Makam, yang menjadi situs sejarah di Pulau Bengkalis, Jumat (28/7/2022).(sukardi)

BENGKALIS,RIAUREVIEW.COM—Peringatan Hari Jadi Bengkalis ke-501 dimanfaatkan oleh Wakil Bupati Bengkalis H. Bagus Santoso bersama Forkopimda Bengkalis mengunjungi makam, yang menjadi situs sejarah dan budaya, Jumat (29/7/2022).

Bertindak mewakili Pemkab Bengkalis. Bagus Santoso bersama rombongan Pemkab Bengkalis melaksanakan ziarah ke Makam Dara Sembilan di Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis. Dilokasi situs sejarah yang sampai hari ini tetap terjaga ditaburi bunga.

Selain itu, prosesi ziarah makam juga dilaksanakan dengan pembacaan do'a dan diakhiri. Serta penyampaian singkat tentang situs sejarah, yang hari ini menjadi salah satu situs yang dikenal masyarakat Bengkalis.

Dari historisnya,  tahun 1512 Bengkalis sudah ada. Dikaitkan dengan zaman prasejarah, pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia dan memiliki tatanan pemerintahan. Namun masih dalam bentuk perbatinan, salah satunya Batin Senggoro di Senggoro.

Perbatinan Senggoro kala itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan, lokasinya terletak tidak jauh dari lokasi makam dan diberi nama Parit Rentang.

Kala itu, Perbatinan Senggoro dipimpin oleh Batin Hitam, memiliki prajurit pilihan, terlatih dan berani mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan wilayahnya.

Salah satu strategi yang dilakukan Batin Hitam mempertahankan daerahnya, dibangunnya benteng yang diberi nama Benteng Batin Hitam.

Dahulunya benteng ini dilengkapi dengan meriam-meriam, yang selalu siap ditembakkan terhadap lanun yang mengganggu ketentraman kampung Bengkalis.

Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan benteng khusus, tempat persembunyian untuk melindungi para dara jelita kampung Bengkalis dari serangan lanun yang suka menculik gadis cantik tersebut.
Batin Hitam membangun benteng tersebut, letaknya kurang lebih 75 meter dari benteng Batin Hitam, yang dikenal dengan Makam Dara Sembilan.

Kematian Dara Sembilan itu itu bermula, ketika terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis dan lanun.
Sembilan anak dara disembunyikan dalam benteng, kunci rahasianya berada di bagian luar. Sedangkan, juru kuncinya ikut melakukan peperangan.

Akibat serangan dahsyat antara Portugis dan lanun, benteng itu roboh menutupi tempat kunci rahasia. Menyebabkan dara terkubur dan meninggal.

Adapun sembilan dara yang meninggal dalam benteng diatas adalah, Mayang Sari, Cempaka, Aisyah, Rubaiyah, Samsidar, Zainun, Kamariah, Siti Hawa dan Zubaidah.

Masih dibacakan sejarah singkat, sumber lain mengatakan, yang memegang kunci benteng Batin Hitam adalah ayah dari sembilan dara. Ada juga yang mengatakan, kesembilan dara tersebut bukan kakak beradik melainkan dara-dara pada masa itu.

Sumber sejarah lain juga menyebutkan, pada masa itu, Makam Dara Sembilan dijaga oleh seekor ulang weling. Setiap bulan akan diberi sesajen, sebagai bentuk penghormatan.

Makam ini dipercaya mempunyai kekuatan gaib, sehingga orang yang datang berziarah dilarang berkata kotor, meludah di dalam area makam, dilarang memakai alas kaki. Kemudian bagi perempuan yang datang bulan juga dilarang masuk.

Selain makam Dara Sembilan, makam H Abdullah Nur bin H Muhammad Nur, menjadi pusara terakhir juga menjadi lokasi ziarah, Wakil Bupati H Bagus Santoso beserta rombongan Forkopimda.

Dilokasi itu, usai pembacaan doa. Pemkab Bengkalis juga menyerahkan santunan kepada ahli waris. Kegiatan yang dilakukan di Kelapapati Laut ini diakhiri dengan prosesi tabur bunga.

Riwayat singkat saat dibacakan, H Abdullah Nur atau lebih dikenal dengan panggilan Andak Dolah. Adalah putra dari pasangan H Muhammad Nur dan Mardiah. Ia lahir di Bengkalis tahun 1908 dan wafat 4 Januari 1997.

Semasa hidup, Ia memiliki dua orang istri. Setelah istri pertama meninggal, Sri Banun kemudian menikah lagi dengan Juriah. Dari istri pertama, dianugerahi tiga anak dan istri kedua melahirkan sembilan anak.

Pendidikan dasarnya diawali Sekolah Rakyat (SR) di Bengkalis, kemudian berangkat ke Medan guna melanjutkan pendidikan menengahnya di sebuah pondok pesantren, beliau belajar selama tujuh tahun dibawah guru KH Syaikh Maksum.(ra)

 

Berita Lainnya

Index