Tanda-tanda Kehancuran Jerman yang Tak Dilihat Joachim Loew

Tanda-tanda Kehancuran Jerman yang Tak Dilihat Joachim Loew

KAZAN, RIAUREVIEW.COM -Juara bertahan Jerman gagal melewati babak penyisihan grup Piala Dunia 2018. Tapi, Die Mannschaft seharusnya tak terlalu terkejut dengan hasil memalukan itu.

Kekalahan mengejutkan 0-2 dari Korea Selatan di Kazan Arena, Kazan, Rabu (27/6/2018), memastikan terhentinya langkah Jerman di Piala Dunia 2018. Jerman finis sebagai juru kunci Grup F karena cuma meraih satu kemenangan dalam tiga pertandingan.

Kandasnya Jerman di babak penyisihan grup menjadi kejutan terbesar yang terjadi di Piala Dunia 2018 sejauh ini. Datang sebagai salah satu favorit juara, Jerman bukan cuma gagal memenuhi ekspektasi, tapi juga tampil memalukan.

Saat menjadi juara dunia empat tahun lalu, Jerman adalah sebuah mesin gol yang 18 kali menjebol gawang lawan di sepanjang turnamen dan cuma kemasukan empat kali. Pasukan Joachim Loew menampilkan sepakbola menyerang yang begitu memukau dan sangat solid sebagai sebuah tim.

Namun, performa Jerman di Rusia amat bertolak belakang. Thomas Mueller dan kawan-kawan seperti tak kompak di lapangan dan gagal menyatu sebagai sebuah tim. Banyak pemain pilar yang bermain di bawah standar.

Mesut Oezil, yang biasanya selalu bersinar di timnas dan jadi andalan Loew, seperti sudah melewati masa keemasannya. Di Rusia, Oezil lambat, banyak melakukan kesalahan, dan seperti kehilangan kreativitas di lapangan.

Jerman juga mandul di depan gawang lawan. Mereka gagal mencetak gol ketika melawan Meksiko dan Korsel. Dua gol mereka ke gawang Swedia akhirnya tak berarti apa-apa.

Di lini belakang, Jerman rapuh. Loew memainkan tiga pasang bek tengah yang berbeda dalam tiga pertandingan. Tiga-tiganya tak terlihat meyakinkan. Di bawah mistar, performa Manuel Neuer saat menjadi kiper terbaik di Piala Dunia 2014 seperti tinggal kenangan saja.

Tentu saja, tanggung jawab terbesar dalam kegagalan Jerman ini ada di pundak Loew. Sebagai pelatih, ia kurang memerhatikan tanda-tanda kehancuran timnya yang sebenarnya sudah terlihat sejak lama.

Jerman terlihat masih perkasa saat menjuarai Piala Konfederasi 2017 meski menurunkan "Tim B". Mereka juga sempurna di babak kualifikasi Piala Dunia 2018: menang 10 kali dalam 10 laga.

Dengan banyaknya pemain berbakat yang siap menembus skuat Jerman, Loew tak akan kekurangan stok untuk dibawa ke Rusia. Akan tetapi, Jerman justru menunjukkan sinyal kemunduran menjelang putaran final.

Jerman cuma bermain imbang dengan Inggris, Prancis, dan Spanyol dalam laga-laga persahabatan, lalu dikalahkan Brasil. Pada awal bulan ini, mereka bahkan kalah dari Austria dan cuma menang tipis atas Arab Saudi.

Jerman mungkin terlalu keras kepala karena mengabaikan serangkaian "lampu kuning" yang ada di depan mata mereka. Di benak Loew, hasil buruk dalam laga-laga persahabatan tak perlu terlalu dikhawatirkan. Ia masih percaya diri timnya akan baik-baik saja di turnamen yang sebenarnya.

Akan tetapi, Loew sudah bikin publik bertanya-tanya sejak Piala Dunia belum dimulai. Keputusannya untuk tak membawa Leroy Sane ke Rusia sulit untuk dipahami. 

Sane menyudahi musim lalu sebagai Pemain Muda Terbaik Premier League bersama Manchester City. Ia dianggap sebagai pemain Jerman paling berbakat di generasinya. Tapi, Loew justru lebih memilih Julian Brandt.

Persoalan lain adalah tidak adanya pemimpin di dalam tim Jerman setelah pensiunnya Philipp Lahm dan Bastian Schweinsteiger. Neuer yang sekarang menjadi kapten terbukti tak memberi pengaruh sebesar Lahm atau Schweinsteiger.

"Kami agak percaya diri berlebihan menjelang laga pembuka melawan Meksiko," aku Loew.

"Kami berpikir bisa cuma menekan tombol dan menang. Ternyata tidak demikian," katanya seperti dikutip Reuters.

Menarik dinanti bagaimana nasib Loew setelah hasil memalukan di Piala Dunia 2018. Ia belum lama ini memperpanjang kontraknya hingga 2022. Akankah ia dipertahankan sebagai nakhoda Jerman?

Berita Lainnya

Index