RIAUREVIEW.COM --Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali merilis pembaruan data korban banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera.
Hingga Kamis (4/12/2025) pagi, jumlah korban meninggal dunia tercatat melonjak menjadi 780 orang, sementara 564 orang masih dinyatakan hilang.
Bencana hidrometeorologi yang terjadi sejak akhir November 2025 ini menimbulkan dampak yang sangat besar, baik dari sisi kemanusiaan maupun kerusakan infrastruktur.
Dalam laporan BNPB, Sumatera Utara (Sumut) menjadi provinsi dengan korban meninggal terbanyak, yakni 299 orang, sedangkan 159 orang masih hilang.
Wilayah ini mengalami kerusakan paling parah, terutama di daerah yang dilalui aliran sungai besar dan perbukitan yang rawan longsor.
Aceh menyusul di posisi kedua dengan 277 korban meninggal dan 193 orang masih hilang.
Adapun Sumatera Barat melaporkan 204 korban meninggal serta 212 orang hilang. Ketiga provinsi ini menjadi episentrum bencana banjir bandang yang merusak permukiman dan memutus akses antarwilayah.
BNPB mencatat total 2.600 orang mengalami luka-luka, mulai dari luka ringan hingga cedera serius. Seluruh korban kini ditangani di berbagai fasilitas kesehatan yang tersebar di tiga provinsi terdampak.
Kerusakan juga dilaporkan meluas di puluhan kabupaten. Banyak akses jalan utama sempat terputus akibat material longsor dan jembatan yang hanyut diterjang arus.
Banjir di Sumatera tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan warga terluka, tetapi juga merusak 2.400 rumah, mengganggu 74 fasilitas umum, merusak 19 rumah ibadah, membuat 27 jembatan rusak berat, merusak satu fasilitas kesehatan, serta merusak 54 fasilitas pendidikan.
Kerusakan tersebut membuat sejumlah wilayah masih terisolasi. Tim gabungan TNI-Polri, Basarnas, dan relawan lokal bekerja membuka akses jalan menggunakan alat berat untuk mempercepat distribusi logistik, evakuasi korban, dan pendataan lanjutan.
BNPB menegaskan pencarian korban hilang terus dilanjutkan, tetapi cuaca yang tidak menentu dan medan yang sulit menjadi hambatan utama. Banyak titik bencana berada di lembah sungai dan perbukitan yang tertutup material longsor setebal beberapa meter.
Beberapa wilayah juga masih mengalami hujan deras, sehingga proses pencarian harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Posko darurat telah didirikan di berbagai lokasi, dengan fokus pada penyelamatan, pencarian korban hilang, serta pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak, seperti makanan, pakaian, obat-obatan, dan tempat tinggal sementara.
Pemerintah pusat kini menyiapkan rencana pemulihan jangka menengah, termasuk perbaikan infrastruktur vital, rekonstruksi permukiman, pemeriksaan kondisi lingkungan, serta evaluasi penyebab banjir bandang dan longsor, termasuk potensi kerusakan hutan.
Upaya ini diharapkan mampu memulihkan kondisi masyarakat dan meminimalkan risiko bencana serupa banjir Sumatera di masa mendatang.
Sumber: Beritasatu.com

