Masih Tertekan, Rupiah 'Terkulai' ke Rp14.130 per Dolar AS

Masih Tertekan, Rupiah 'Terkulai' ke Rp14.130 per Dolar AS
Ilustrasi

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.130 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu (6/3) pagi. Dengan demikian, rupiah melemah tipis 0,01 persen dibandingkan penutupan pada Selasa (5/3) yang di level Rp14.128 per dolar AS.

Rupiah tidak sendiri. Pagi hari ini, sebagian besar mata uang Asia masih menunjukkan pelemahan. 

Peso Filipina melemah 0,17 persen, ringgit Malaysia melemah 0,16 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,10 persen. Di sisi lain, dolar Singapura juga melemah 0,05 persen.

Hanya yen Jepang saja yang menguat terhadap dolar AS yakni di angka 0,08 persen. Kemudian, dolar Hong Kong dan baht Thailand tidak bergeming terhadap dolar AS.

Di sisi lain, mata uang negara maju bergerak melemah terhadap dolar AS. Dolar Australia dan poundsterling Inggris mencatat pelemahan masing-masing 0,32 persen dan 0,22 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan hari ini rupiah berpotensi bergerak di angka Rp14.080 hingga Rp14.130 untuk penguatan (support) dan resistance di kisaran Rp14.160 hingga Rp14.200. 

Penyebabnya disinyalir serupa dengan kemarin; kecemasan pelaku pasar akan perlambatan ekonomi global. 

Kemarin, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Adapun sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi 2019 dipatok di kisaran 6,5 persen. 

Ibrahim mengatakan pemangkasan tersebut berpengaruh terhadap rupiah. Maklum, aktivitas ekonomi China erat kaitannya dengan Indonesia. China merupakan salah satu pasar ekspor terbesar RI.

"Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah yakni 6 persen, maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam tiga dekade," jelas Ibrahim yang dilansir CNNIndonesia, Rabu (6/3) pagi.

Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan Rabu rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp14.080- Rp14.800 per dolar AS.

Berita Lainnya

Index