Neraca Dagang Surplus, Rupiah Kokoh di Rp14.062 per Dolar AS

Neraca Dagang Surplus, Rupiah Kokoh di Rp14.062 per Dolar AS
Ilustrasi

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.062 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (15/4) sore. Angka itu menguat 0,41 persen terhadap dolar AS dibandingkan Jumat (12/4) di angka Rp14.120 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.067 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Jumat Rp14.153 per dolar AS. Adapun pada hari ini, rupiah berada dalam rentang Rp14.062 per dolar AS hingga Rp14.085 per dolar AS.

Hari ini sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina menguat 0,03 persen, baht Thailand menguat 0,03 persen, dolar Hong Kong menguat 0,04 persen, yen Jepang menguat 0,04 persen, dan dolar Singapura menguat 0,05 persen. Tak ketinggalan, ringgit Malaysia menguat 0,14 persen dan won Korea Selatan yang menguat 0,56 persen.

Namun di sisi lain, terdapat pula yuan China yang melemah 0,03 persen dan rupee India yang melemah 0,12 persen. Sementara untuk mata uang negara maju, dolar Australia mengalami pelemahan 0,06 persen, namun poundsterling Inggris dan euro masing-masing menguat 0,16 persen dan 0,17 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan sentimen global sejatinya membuat rupiah di atas angin hari ini. Pertama, hasil notulensi The Fed pada pekan lalu masih mengindikasikan sikap dovish dengan tidak menaikkan suku bunga acuan Fed Rate.

Kedua, pelaku pasar bisa sedikit bernapas lega setelah ekspor China tumbuh 14,2 persen pada Maret kemarin. Perbaikan ekspor China mengindikasikan perbaikan ekonomi global, sehingga pelaku pasar kembali berani memasuki instrumen investasi berisiko.

Meski sudah di atas angin, rupiah kembali mendapatkan dorongan dari data neraca perdagangan Maret. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa neraca perdagangan surplus US$540 juta, di mana surplus ini meningkat dibanding Februari US$330 juta.

"Dengan realisasi ekspor dan impor maka terjadi surplus untuk dua bulan berturut-turut," ujar Ibrahim yang dilansir CNNIndonesia, Senin (15/4)

Berita Lainnya

Index