AS Jatuhkan Sanksi kepada Menlu Iran

AS Jatuhkan Sanksi kepada Menlu Iran
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif. (Anadolu/Arif Hüdaverdi Yaman)

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Biro Pengendalian Aset Luar Negeri Kementerian Keuangan Amerika Serikat menyatakan telah menjatuhkan sanksi kepada Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, pada Rabu (31/7) kemarin. Zarif membalas dengan menyatakan sanksi AS itu tidak bakal mempan kepadanya.

"Javad Zarif melaksanakan agenda yang ceroboh dari Pemimpin Tertinggi Iran tersebut, dan (dia) adalah juru bicara utama rezim Iran di seluruh dunia," ujar Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, seperti dilansir Reuters dan CNNIndonesia, Kamis (1/8).

Zarif lantas membalas keputusan AS melalui akun Twitter. Sanksi itu membuat Zarif tidak bisa mempunyai properti atau hal-hal lain di AS.

"Alasan AS menargetkan saya adalah karena saya satu-satunya juru bicara Iran di dunia. Apakah kebenaran itu sangat menyakitkan? Sanksi itu tidak berdampak kepada saya maupun keluarga, karena saya tidak mempunyai properti atau usaha di luar Iran. Terima kasih telah menganggap saya sebagai ancaman atas rencana kalian," cuit Zarif.

Zarif tidak asing dengan AS. Dia bermukim di sana sejak berumur 17 tahun untuk kuliah dalam bidang hubungan internasional di San Francisco dan Denver. Dia juga didapuk menjadi Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2002 sampai 2007.

Pada 16 Juli lalu, AS juga dilaporkan membatasi gerak-gerik Zarif saat diundang oleh PBB. Saat itu dia diminta hadir dalam pertemuan tingkat menteri terkait program tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) membahas konflik, kelaparan, kesetaraan dan perubahan iklim yang diperkirakan terjadi 2030.

Saat itu Zarif hanya dibolehkan bepergian ke markas PBB, kantor perwakilan Iran untuk PBB, rumah dinas Duta Besar Iran, dan Bandara John F. Kennedy di New York.

PBB pun tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menyatakan prihatin terhadap pembatasan yang diterapkan kepada Zarif.

Ketegangan antara kedua negara tersebut semakin meningkat setelah Presiden AS, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang disepakati pada 2015 lalu.

Sementara itu, kekhawatiran akan konflik langsung antara AS dan Iran juga meningkat sejak Mei, di mana sejumlah serangan diluncurkan terhadap beberapa tanker minyak di kawasan Teluk. 

Selain itu, ada juga aksi balasan Iran yang menembak jatuh pesawat nirawak (drone) pengawas milik AS, serta rencana serangan udara AS terhadap Iran pada bulan lalu yang sempat dibatalkan Trump.

Berita Lainnya

Index