Rupiah Terjun Dekati Rp14.300 usai Rilis Laju Ekonomi

Rupiah Terjun Dekati Rp14.300 usai Rilis Laju Ekonomi
Ilustrasi

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah anjlok ke posisi Rp14.270 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (5/8) siang. Angka itu melemah 0,6 persen dibanding penutupan pada Jumat (2/8) Rp14.185 per dolar AS.

Siang hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong merosot 0,08 persen, baht Thailand melemah 0,28 persen, ringgit Malaysia melemah 0,43 persen, dan peso Filipina melemah 0,74 persen. Kemudian, rupee India melemah 1,21 persen, yuan China melemah 1,31 persen, dan won Korea Selatan melemah 1,48 persen.

Di kawasan Asia, hanya yen Jepang saja yang menguat dengan nilai 0,59 persen. Sementara itu, mata uang negara maju cenderung bervariasi, di mana euro menguat 0,18 persen namun poundsterling Inggris melemah 0,09 persen dan dolar Australia melemah 0,37 persen.

Jika dibandingkan dengan posisi pagi hari sebesar Rp14.188 per dolar AS, artinya rupiah melemah 82 poin di siang hari ini.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rilis pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu yang ditunggu pelaku pasar pada hari ini. Namun ternyata pertumbuhan sebesar 5,05 persen pada kuartal II ini lebih rendah dibanding tahun lalu yakni 5,27 persen.

Untungnya, pertumbuhan ekonomi tidak di bawah 5 persen. "Jika hasil di bawah 5 persen bisa mendorong pelemahan rupiah yang dalam terhadap dolar AS," jelas Ariston yang CNNIndonesia, Senin (5/8).

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan tadinya pasar berekspektasi bahwa rupiah bisa mencapai 5,1 persen. Jika itu terjadi, maka setidaknya itu akan menahan laju pelemahan rupiah.

Namun, meski tanpa rilis PDB pun, sejatinya rupiah masih akan melemah di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China yang memasuki babak baru setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana kenaikan bea masuk 10 persen bagi impor China senilai US$300 miliar.

Tak ketinggalan, Ibrahim juga menyampaikan bahwa pemadaman listrik massal yang terjadi kemarin juga bikin persepsi bisnis di Indonesia. "Namun sejauh ini, pelaku pasar condong ke faktor eksternal yang membayangi mata uang rupiah," ujar dia.

Berita Lainnya

Index