Rupiah Menguat ke Rp13.772 Karena Ekonomi Global Membaik

Rupiah Menguat ke Rp13.772 Karena Ekonomi Global Membaik
Ilustrasi.

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.772 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (10/1) sore. Mata uang garuda menguat sebesar 0,59 persen dibandingkan nilai perdagangan pada Kamis (9/1).

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.812 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Kamis (9/1), yakni Rp13.860 per dolar AS. 

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat, ringgit Malaysia menguat 0,26 persen, peso Filipina 0,24 persen, dan baht Thailand 0,14 persen. 

Selanjutnya, dolar Singapura menguat 0,12 persen, yuan China 0,04 persen. Diikuti dolar Hong Kong yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS. 

Sementara, pelemahan terjadi pada lira Turki sebesar 0,36 persen, won Korea 0,21 persen, dolar Taiwan 0,09 persen, serta yen Jepang yang melemah sebesar 0,05 persen terhadap dolar AS. 

Kemudian, dari negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,12 persen, dolar Kanada 0,14 persen, dan euro melemah 0,09 persen. Hanya dolar Australia yang terpantau menguat sebesar 0,19 persen terhadap dolar AS. 

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah sore ini disebabkan oleh sentimen positif dari membaiknya perekonomian global. 

Diketahui, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2020 hingga mencapai 3 sampai 3,1persen. Angka tersebut meningkat dari perkiraan sebelumnya, sebesar 2,9 persen. 

"Dengan membaiknya ekonomi global, membawa berkah terhadap perekonomian dalam negeri. Sehingga, fundamental ekonomi Indonesia semakin kuat," kata Ibrahim dilansir CNNIndonesia, Jumat (10/1). 

Di sisi lain, Ibrahim juga menilai sentimen positif datang dari prospek perang di Timur Tengah yang surut, ketika AS dan Iran mundur dari konfrontasi berkelanjutan. 

Menurut Ibrahim, gejolak geopolitik tersebut akan memberikan pengaruh dalam jangka pendek, karena kini pasar lebih menunggu penandatanganan negosiasi perdagangan fase pertama antara AS dan China. 

"Yang sedang ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah negosiasi perdagangan fase pertama antara Amerika Serikat dengan China yang akan diteken dalam waktu dekat ini," jelasnya. 

Lebih lanjut Ibrahim memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.725 hingga Rp13.790 pada perdagangan pekan depan.

Berita Lainnya

Index