Setahun Usai Teror, Masjid di Selandia Baru Kian Ramai Jemaah

Setahun Usai Teror, Masjid di Selandia Baru Kian Ramai Jemaah
Warga meletakkan bunga di depan Masjid Wellington, Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru.

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Dunia rasanya belum melupakan dua teror penembakan terjadi saat ibadah salat Jumat di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019.

Serangan yang dilakukan oleh seorang pria bersenjata asal New South Wales, Australia, itu dimulai di Masjid Al Noor dan dilanjutkan di Linwood Islamic Center.

Pria pendukung supremasi kulit putih itu melakukan live streaming di Facebook saat penembakan pertama.

Peristiwa berdarah itu menewaskan 51 orang dan melukai 49 orang. Pelaku penembakan ditangkap dan saat ini sedang menjalani persidangan.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menggambarkan penembakan itu sebagai "salah satu hari paling gelap di Selandia Baru".

Di tahun yang sama, Selandia Baru dianggap sebagai tempat yang aman dan toleran dengan tingkat kekerasan senjata yang rendah serta dinobatkan sebagai negara paling damai ke-dua di dunia oleh Global Peace Index pada 2019.

Serangan ini adalah penembakan massal pertama di negara itu sejak pembantaian Raurimu pada tahun 1997. 

Sebelum itu, penembakan massal publik paling mematikan adalah pembantaian Aramoana 1990, di mana 13 orang tewas.

Islam di Selandia Baru

Dalam sensus 2018, lebih dari 57 ribu penduduk Selandia Baru beragama Islam, sekitar 1,2% dari total populasi.

Masjid Al Noor dibuka pada tahun 1985 dan merupakan masjid pertama di Christchurch yang berada di kawasan South Island. Sementara Linwood Islamic Center dibuka pada awal 2018.

Masjid Al Noor dibangun pada 1984-1985 oleh Asosiasi Muslim Canterbury, sebuah organisasi yang didirikan pada 1977 yang juga mengelola bangunan masjid.

Pada 2015, masjid di pinggiran Riccarton ini memiliki 550 anggota.

Setelah serangan, masjid dibuka kembali pada tanggal 23 Maret 2019. Demikian juga Linwood Islamic Center.

Linwood Islamic Center berada di Linwood dan dimiliki oleh Linwood Islamic Charitable Trust, yang didirikan pada 2017.

Masjid ini dibuka pada awal 2018 di atas lahan bekas Aula Sekolah Minggu. Ini adalah masjid kedua yang dibuka di Christchurch.

Setahun setelah penembakan, Masjid Al Noor telah memiliki lebih banyak pengunjung daripada sebelumnya.

Sekretaris Asosiasi Muslim Canterbury Mohammed Feroz mengatakan masjid telah "menjadi tujuan wisata".

Shalat Jumat tidak lagi hanya menarik orang-orang dari komunitas Muslim setempat, tetapi juga para turis Muslim dari seluruh dunia.

Salah satunya seperti yang dilakukan oleh sepasang turis Muslim dari Port Hedland, Australia Barat. Mereka mengaku tak berhenti menangis saat membayangkan peristiwa berdarah itu sempat terjadi.

"Kami sangat sedih oleh peristiwa yang terjadi di sini pada 15 Maret lalu dan merasakan solidaritas yang sangat kuat dengan orang-orang di sini," kata David Botha dilansir CNNIndonesia. 

Sebuah buku pengunjung di pintu masuk masjid memuat nama ratusan orang yang telah berkunjung ke Al Noor.

Pengunjung lain, satu keluarga yang telah datang jauh-jauh dari Thailand, juga mengatakan hal yang senada.

Menteri Pariwisata Kelvin Davis mengatakan jumlah pengunjung menandakan reputasi Selandia Baru sebagai negara aman berangsur pulih. 

"Secara umum, meskipun tragedi itu sangat dahsyat, saya pikir negara ini dipandang sebagai tujuan yang aman dan orang-orang menyadari bahwa negara ini adalah destinasi yang tepat untuk dikunjungi," kata Davis.

Berita Lainnya

Index