Media Israel: Hentikan Pertumpahan Darah di Gaza

Media Israel: Hentikan Pertumpahan Darah di Gaza

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Media swasta Israel mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang membiarkan kekerasan terus terjadi di Gaza, setelah peluru aparat menewaskan puluhan warga Palestina yang menggelar demonstrasi damai.

Artikel editorial Haaretz yang berjudul 'Hentikan Pertumpahan Darah', dipublikasikan pada Selasa (15/5), menyebut Israel tak bisa seenaknya memperlakukan warga Palestina yang dilansir cnnindoensia.

"Tak terbantahkan Israel berhak mempertahankan perbatasannya, tapi itu bukan berarti negara berhak berlaku seenaknya terhadap orang-orang yang berupaya melintasinya," bunyi artikel itu. 

Hal tersebut disampaikan setelah pasukan Israel menembak mati lebih dari 50 orang warga Palestina di perbatasan Gaza dalam satu hari.

Para korban tengah menggelar protes atas pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem, kota yang selama ini dipersengketakan.

Fakta bahwa situasi mengerikan Gaza sama sekali tak memengaruhi perayaan peresmian Kedubes itu, kata Haaretz, menunjukkan betapa kejinya Israel terhadap Palestina secara umum, khususnya Gaza.

Media tersebut menyoroti bagaimana Hamas, kelompok yang memimpin Gaza, sama sekali tak menembakkan roket ke wilayah Israel. 

"Tak ada tentara atau penduduk Israel yang terluka. Israel, di sisi lain, bertindak terhadap demonstran tak bersenjata itu dengan tembakan penembak runduk, tembakan yang membunuh dan melumpuhkan."

Haaretz juga menyebut Israel bertanggung jawab atas bencana yang terjadi di Gaza. Menurut media itu, penarikan diri dari wilayah tersebut pada 2005 lalu tidak membersihkan Israel dari tanggung jawabnya, terutama selama negara tersebut masih memblokade wilayah itu. 

"IDF (angkatan bersenjata Israel) bertanggung jawab mencegah infiltrasi ke wilayah Israel, tapi solusi sesungguhnya ada di kantor Perdana Menteri. 

"Dia mesti dengan serius melihat kesiapan Hamas menegosiasikan gencatan senjata dengan Israel, dan mengumumkan langkah untuk mengurangi blokade dan memperbolehkan orang-orang yang terluka serius untuk dirawat di Israel."
 

Berita Lainnya

Index