Terpilih Menjadi Duta Digital, Salamuddin Toha Ajak Tidak Menyebar Ujaran Kebencian dan Berita Hoax

Terpilih Menjadi Duta Digital, Salamuddin Toha Ajak Tidak Menyebar Ujaran Kebencian dan Berita Hoax

RIAUREVIEW.COM --Pekanbaru, 12/10/2024. Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam menggelar talkshow Hima Persis Talks dengan tema Peran Literasi Digital: Mencegah Krisis Kualitas Pada Generasi Akibat Judi Online di Pekanbaru pada Minggu, 6/10/2024.

Seusai talkshow digelar acara ditutup dengan pemberian penghargaan kepada dua kader hima persis sebagai duta digital yaitu Salamuddin Toha dan Dedi Irawan.

Penghargaan ini diberikan kepada  Kader Hima Persis Provinsi Riau yang turut serta dalam mengisi ruang-ruang digital dengan konten-konten positif yang bernuansa perdamaian dan memberikan edukasi ke masyarakat.

Salamuddin Toha, dalam penyampaiannya, ia menuturkan pentingnya literasi digital agar seluruh komponen bangsa bersama-sama mengisi ruang-ruang digital kita dengan konten-konten positif.

Kemudian ia mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa "Kedepan tantangan di ruang digital sangat besar. Konten konten negatif terus bermunculan, kejahatan di ruang digital terus meningkat. Mulai dari penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan cyber, ujaran kebencian bahkan radiaklisme berbasis digital. Tentunya ini perlu terus diwaspadai karna mengancam persatuan dan kesatuan bangsa."

Lebih lanjut ia menyampaikan, apalagi menjelang pemilihan kepala daerah serentak 27 November 2024 nanti. Tentunya tidak dapat dipungkiri banyaknya berita-berita hoax yang tersebar di berbagai platform digital kita atau media sosial kita yang juga dapat menjadi salah satu pemicu keributan di masayarakat kita.

Putra Kabupaten Pelalawan yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Pelalawan Bersatu ini mengajak agar pihak-pihak yang menggunakan ruang digital sebagai ruang kampanye untuk tidak menyebar hoax dan ujaran kebencian kepada masing-masing paslon yang sedang berkompetisi, karena memang hal ini sangat merugikan, bukan hanya kepada pasangan calon, tetapi juga kepada masyarakat yang senantiasa disuguhi berita bohong atau hoax.

Dampak terhadap masyarakat dengan banyaknya berita hoax menjelang pilkada nanti akan merusak kepercayaan publik terhadap proses politik, menciptakan suasana politik yang tidak kondusif, memicu polarisasi dan perpecahan di masyarakat, melemahkan demokrasi dan stabilitas politik. Dengan adanya hal itu, kata Toha, ia memberi solusi kepada masyarakat untuk bisa mencoba melakukan proses verifikasi.

“Cobalah menyaring setiap informasi yang didapat agar pasti jika berita itu bukan hoax. Dan terakhir jangan ikut menyebarkan rumor atau hoaks. Diimbau, jika menerima kampanye atau opini negatif, jangan disebar luaskan. Meski dalam konteks mendiskusikan, sama saja ikut menyebarkan opini negatif tersebut,” pesan Toha. (Rls)

Berita Lainnya

Index