Kenali Gejala Gangguan Ginjal pada Anak

Kenali Gejala Gangguan Ginjal pada Anak
Ilustrasi

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Gangguan ginjal umumnya menyerang orang dewasa. Namun, belakangan gangguan ginjal pada anak mulai marak terjadi dan menunjukkan peningkatan.

Gangguan ginjal pada anak dapat diatasi jika dideteksi sejak dini melalui gejala-gejala yang timbul. Jika terlambat, gangguan ginjal pada anak bisa berujung dengan gagal ginjal yang memerlukan perawatan penyaringan darah atau hemodialisis dan transplantasi ginjal.

Spesialis anak, dr Eka Laksmi Hidayati menjelaskan bahwa berdasarkan waktu terjadinya, gangguan ginjal pada anak terbagi menjadi bawaan sejak lahir dan didapat setelah lahir. 

Gangguan ginjal bawaan lahir ditandai dengan kelainan bentuk ginjal dan saluran kemih. Sedangkan gangguan ginjal setelah lahir ditandai dengan infeksi saluran kemih dan radang ginjal akibat bukan infeksi.

Berdasarkan kondisinya, gangguan ginjal pada anak juga terbagi atas akut dan kronik. Gangguan akut merujuk pada kerusakan fungsi ginjal secara mendadak dan singkat. Gangguan ini disebabkan oleh penyumbatan sistem penyaringan ginjal, trauma luka bakar, dehidrasi, pendarahan, cedera, atau operasi.

Pada kronis, gangguan ginjal terjadi lebih dari tiga bulan dan sering kali hingga seumur hidup.

"Gangguan akut bisa disembuhkan. Gangguan kronik, kalau tidak ditangani segera, bisa terjadi seumur hidup karena tidak bisa diperbaiki dan harus terapi," kata Eka saat media briefing di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (13/11).

Secara global, insiden gangguan ginjal pada anak mencapai 33,7 persen dengan angka kematian 13,8 persen. Di Amerika Serikat, pada 2017 terdapat 9.800 kasus gangguan ginjal, melonjak dari 2015 yang hanya 1.399 kasus. Sementara di Eropa, prevalensi gagal ginjal mencapai 55-60 jiwa per 1 juta populasi anak.

Di Indonesia, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 2017 mencatat sebanyak 212 anak dari 19 rumah sakit mengalami gangguan ginjal dan cuci darah. Angka kematian menunjukkan 23,6 persen. Rentang usia gangguan ginjal pada anak ini pun beragam.

"Dari 0 sampa 17 tahun. Paling kecil di RSCM yang kami tangani untuk cuci darah adalah usia 3 bulan," ungkap Eka yang berpraktik di RSCM Jakarta ini.

Eka menyebut, gangguan ginjal ini banyak terjadi pada anak yang sehat, namun terpicu oleh dehidrasi sehingga menimbulkan masalah pada ginjal.

Penyebab gangguan ginjal pada anak terbanyak yakni 16 persen karena sindrom nefrotik yang membuat protein bisa lolos ke urine. Sindrom ini dikenal juga dalam bahasa awam dengan ginjal bocor.

Penyebab kedua sebanyak 14,6 persen adalah radang bukan infeksi seperti penyakit lupus. Sebanyak 13,2 persen tidak diketahui penyebabnya dan 12,3 persen karena hipoplasia atau ginjal kecil.

"Tidak diketahui karena banyak pasien datang pada stadium lanjut sehingga sulit dilacak penyebabnya," ujar Eka.

Gejala

Gangguan ginjal pada anak menunjukkan gejala yang bervariasi. 

Gejala yang banyak ditemui dan berhubungan langsung dengan saluran kemih adalah bengkak yang simetris pada seluruh tubuh. Eka menyebut, pembengkakan terjadi akibat penumpukan cairan di dalam tubuh yang tidak bisa dikeluarkan ginjal melalui urine.

Gejala lain ditunjukkan dengan munculnya zat lain di dalam air kencing seperti hematuria atau sel darah merah, leukosituria atau sel darah putih, dan proteinuria atau terdapat protein di dalam urine.

Indikasi lain yang kerap muncul adalah mual dan muntah, pucat, hilangnya nafsu makan anak, lemah dan lesu, sesak napas, sakit perut, masalah pada mulut, dan buang air kecil meningkat. Muncul pula gangguan tulang, mati rasa, kram otot, kejang, kulit gatal, hingga tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol.

Eka minta orang tua untuk peka terhadap gejala-gejala ini dan langsung memeriksakan sang buah hati ke fasilitas kesehatan. Menurutnya, banyak orang tua tidak peka sehingga baru membawa anak ke dokter saat gejala sudah parah. Data RSCM menunjukkan 22 persen penderita gangguan ginjal pada anak datang saat sudah stadium lanjut.

"Kalau lebih awal bisa dicegah sehingga tidak perlu cuci darah atau bahkan transplantasi," kata Eka.

Pembiayaan pengobatan untuk gangguan ginjal kronis ini pun jauh lebih besar dibanding penyakit lain. Penelitian menunjukan, biaya gangguan ginjal 7,6 kali lebih tinggi dibanding penyakit lain.

Deteksi Dini

Selain lewat gejala, gangguan ginjal pada anak juga bisa ditemukan dengan deteksi dini. Eka menyebut, beberapa anak yang memiliki faktor risiko sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan di rumah sakit.

Faktor risiko itu meliputi bayi yang lahir dengan berat badan rendah, memiliki gangguan ginjal akut, dehidrasi, riwayat kelainan ginjal, hipertensi, obesitas, diabetes, dan riwayat keluarga yang memiliki gangguan ginjal.

Pencegahan gangguan ginjal pada anak dapat dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat, minum air putih yang cukup, dan melakukan aktivitas fisik yang rutin, serta menjaga tekanan darah dan kolesterol tetap normal juga stabil.

Berita Lainnya

Index