Puisi : Jasman Bandul (Riwayat Perang Sosoh)

Di Pedekik, Kami Pernah Berdarah

Di Pedekik, Kami Pernah Berdarah
Sastrawan Jasman Bandul asal Kab. Kep. Meranti.

Di Pedekik kami pernah berdarah

dari ujung kaki ke kepala

di baju kerja hingga sorban kiayai

sembilan januari tahun Sembilan belas empat Sembilan,

dalam syiar takbir keagungan Tuhan.

 

Budak-budak bersorak kegirangan

seraya bermain galah panjang dan gasing.

jejak magrib membilang

mereka mandi dan pergi mengaji alquraan

juga ilmu persilatan.

Menikmati sejuknya kemerdekaan.

 

Para Kiyai, Ulama dan Santri

hari-hari menenun kasih

dalam butiran-butiran tasbih

menjemput rindu sang ilahi.

 

Tiba-tiba ada yang mengusik kedamaian

agresi militer menebar ketakutan.

Anak-anak bermain dengan bimbang,

Ibu-ibu menoreh getah dengan resah,

malam – malam tanpa pelita

pagi hari diselimuti kabut ngeri.

 

Di pedekik, kami tak takut berdarah.

Dalam deru angin malam

gema azan dari surau-surau

menukik gelora ke jiwa-jiwa

“Kita telah merdeka” katamu.

 

 

Maka!

beribu engah

beribu peluru

beribu dentum

adalah irama gelora kemerdekaan.

 

Walau berdarah

walau berlapah resah

merdeka adalah marwah!

dalam takbir, Allahuakbar!

 

 

Bandul, Januari 2019

 

Berita Lainnya

Index