Sarasehan, Menyibak Tabir Hari Jadi Bengkalis

Prof Samsul Nizar: Sejarah Bengkalis Bertanda tak Tuntas

Prof Samsul Nizar: Sejarah Bengkalis Bertanda tak Tuntas
Sarasehan jelang hari Jadi Bengkalis itu dilaksanakan di Gedung Cik Puan, Jalan Hangtuah dengan menghadirkan peserta seluruh akademisi kampus dan organisasi pemuda serta masyarakat.

BENGKALIS, RIAUREVIEW.COM -Naik diatas podium di kegiatan sarasehan dengan tema Menyibak Tabir Hari Jadi Bengkalis, Prof Samsul Nizar dengan lantang mengatakan, jika terbesit makna sejarah Bengkalis tak tuntas. Kemudian, tidak mampu melanjutkan sejarah yang sudah diperjuangkan oleh pahlawan Melayu dengan taruhan nyawa.

Hal itu disampaikan Prof Samsul Nizar, MA saat menjadi pemateri sarasehan menyambut Hari Jadi Bengkalis ke-507. Prof. Samsul Nizar berpendapat, jika hari ini belum ada pemimpin negeri yang mampu mempertahankan sejarah, meneruskan sejarah.

“Dari tema hari ini sangat menarik, menyibak tabir hari jadi Bengkalis, makna menyibak tabir adalah belum tuntas. Artinya ada sejarah Bengkalis yang belum tuntas, menurut saya Bengkalis ini ada 540 tahun lalu dan bukan 507," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, beberapa nama besar Pahlawan yang berjuang di tanah Bengkalis sama sekali tidak terdengar. Malahan justru harus bangga dengan Laksamana Raja Dilaut, harusnya dijadikan sebuah penghargaan dan diabadikan.

"Sayangnya hari ini masyarakat mengenal Ahmad Yani dari pada Faqih Gani," jelasnya.

Paparan secara mendalam sejarah keberadaan Bengkalis juga disampaikan pejabat Bupati Bengkalis terdahulu DR. Syamsurizal, MM, menurut Pak Syam panggilan akrab Syamsurizal, Pulau Bengkalis menjadi tempat tujuan Panglima Besar Melaka Hang Nadim.

Kedatangannya meminta bantuan untuk mengusir portugis saat itu. ''Selain itu sejarah membuktikan Pulau Bengkalis merupakan pusat perdagangan dunia di masa itu," jelas Syamsurizal yang turut diberik kesempatan mengupas sejarah Pulau Bengkalis, Rabu (24/7/2019).

Nama Bengkalis, sambungnya. Sudah ada dalam catatan Portugis. Seorang Portugis bernama E.Gordinho de Eredela dalam bukunya “Declaracam de Malacca & India Moridonal com o Cathay (1613) telah menulis Bengkalis dengan sebutan “Bencalis”

Dalam tulisan dibuku tersebut. Bengkalis banyak memproduksi ikan “Tutubos” atau “Terubuk” yang dapat di ekspor ke Malaka. Orang-orang Portugis sangat gemar memakan ikan terubuk ini, bahkan ketika Belanda di masa pemerintahan VOC memasuki daerah Melaka di masa Gubernur Bort pada tahun 1678, ikan Terubuk ini juga sangat diminati oleh mereka.

Secara legalitas, Penetapan hari jadi Bengkalis itu sesuai surat keputusan Bupati Bengkalis Nomor 499 Tahun 2004. Jelas dalam Pasal 3 Hari Ulang Tahun Bengkalis diperingati pada tanggal 30 Juli setiap tahunnya.

Dalam sejarah, Bengkalis tercatat sebagai pusat perdagangan dunia menggugah para tamu untuk tidak beranjak dari tempat duduk. Sejarah Bengkalis dikupas secara mendalam oleh pengupas sejarah di sarasehan Menyibak Tabir Hari Jadi Bengkalis.

Sementara itu, H Riza Pahlevi yang ikut dalam menggali sejarah Bengkalis dalam materinya memaparkan sejarahnya Pulau Bengkalis menjadi Ibukota Sumatera Timur oleh Belanda hingga baru dipindah ke Medan 1887.

Kemudian sejarah panjangnya, Pulau Bengkalis juga menjadi basis pertahanan perdagangan. Itu dilakukan oleh Laksamana Melaka Hang Nadim. Kemudian dikuasai Portugis dan juga menjadi armada perang Sultan Siak untuk menaklukkan Melaka."Emas, Timah datang dari pedalaman Sumatera saat itu cukainnya diambil di Bengkalis. Cukai ini diserahkan ke Johor."Negeri jadi ini dulunya buah bibir, negeri ini menjadi rebutan berbagai kuasa, Portugis, Aceh, Belanda, Inggris, Siak dan sekarang Indonesia," ujar Riza Fahlevi.

M Isa Selamat juga menegaskan bahwa Bengkalis merupakan bagian dari Johor, Melaka, Siak, Belanda, Inggris dan Portugis."Bengkalis merupakan kota atau pusat perdagangan dan pelabuhan. Merupakan bagian dari jajahan kerajaan di Melaka, Johor dan Siak, Portugis, Belanda dan Inggris," jelasnya.

Sementara itu, Syaukani Alkarim, Budayawan dan Seniman Riau, turut menyatakan keprihatinan dengan kondisi minim literatur atau referensi sejarah untuk kalangan akademisi di Bengkalis.  Sehingga, sejarah yang hari ini terlihat tidak utuh. Sementara, pesan dari proklamator Ir. Soekarno, jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

"Kalau saya melihat perayaan hari jadi Bengkalis hanya pengisahan peristiwa semata," jelas Syaukani Alkarim.

Syaukani menegaskan jangan pernah meninggalkan dan melupa sejarah. Sehingga tidak gagap dalam memajukan Kabupaten Bengkalis ke depannya.

Sarasehan jelang hari Jadi Bengkalis itu dilaksanakan di Gedung Cik Puan, Jalan Hangtuah dengan menghadirkan peserta seluruh akademisi kampus dan organisasi pemuda serta masyarakat. Tak terkecuali LAMR Kabupaten Bengkalis, sebagai pemayung negeri.

Kegiatan menghadirkan mantan Bupati Bengkalis DR Samsurizal, Budayawan Riau Syaukani Alkarim, Prof DR Samsunizar MA, Riza Fahlevi dan M Isa Selamat mengupas dari hulu hingga ke hilir hiruk pikuk perkembangan Pulau Bengkalis. Selain pemateri tampak hadir Ketua Umum MKA LAMR Kabupaten Bengkalis Datuk Sri H Zainuddin Yusuf, Ketua Umum DPH LAMR Kabupaten Bengkalis Datuk Sri H. Sofyan Said dan seluruh pengurus LAMR Kabupaten Bengkalis tingkat kecamatan. (ab)

Berita Lainnya

Index