Rupiah Anjlok, Harga Pangan Olahan Berpotensi Naik Usai Lebaran

Rupiah Anjlok, Harga Pangan Olahan Berpotensi Naik Usai Lebaran

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi mendongkrak harga makanan dan minuman olahan usai Lebaran. Pasalnya, sebagian besar bahan baku dan penolong produk makanan dan minuman olahan masih harus diimpor.

"Kurs (dolar AS) naik sekitar lima persen, otomatis akan menaikkan biaya produksi," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Olahan Seluruh Indonesia (GPMMI) Adhi S Lukman melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/5).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pangan semi olahan dan olahan Indonesia terus melebar selama tiga tahun terakhir. Pada 2015, neraca perdagangan pangan semi olahan dan olahan mengalami defisit sebesar US$276,09 juta dolar. Selang setahun, defisit melebar menjadi US$888,4 juta dan tahun lalu, defisitnya menembus US$1,3 miliar.

Jika rupiah terus keok, lanjut Adhi, pelaku industri mau tak mau harus menyesuaikan harga jualnya demi menutup kenaikan biaya produksi. Besaran kenaikan harga tergantung dari banyaknya komponen impor yang digunakan oleh masing-masing produsen.

Namun, Adhi memastikan kenaikan tersebut baru akan dilakukan setelah periode ramadan dan lebaran.

"Kami akan bertahan karena ada persiapan puasa dan lebaran yang sulit menaikkan harga," ujarnya.

Sementara itu, pelaku industri akan memaksimalkan penggunaan stok bahan baku lama yang biasanya cukup untuk satu bulan. Selain itu, produsen pangan olahan juga biasanya menyediakan stok produk jadi yang cukup untuk satu bulan.

Ke depan, Adhi berharap industri dalam negeri bisa meningkatkan integrasi dari hulu ke hilir. Dengan demikian, industri bisa mengurangi penggunaan bahan baku dan penolong yang diimpor karena bisa dipasok dari dalam negeri. 

Sebagai informasi, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah hari ini melemah ke level Rp14.036 per dolar AS.

Berita Lainnya

Index