Mengapa Mahathir Menang, Najib Kalah

Mengapa Mahathir Menang, Najib Kalah

KUALA LUMPUR, RIAUREVIEW.COM -- Hasil Pemilihan Umum Malaysia edisi ke-14 yang rampung pada Kamis (10/5), memiliki beragam dimensi. Selain pelantikan Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri, kemenangan koalisi Pakatan Harapan (PH) juga mengakhiri kejayaan Barisan Nasional (BN) yang sudah berusia enam dekade alias 60 tahun.

Berdasarkan hasil pemilihan umum yang dipublikasikan Komisi Pemilihan Umum Malaysia via laman resminya, koalisi itu mengamankan mayoritas kursi parlemen setelah meraih 113 kursi dari total 222 kursi. Sementara BN memperoleh 79 kursi, The Malaysian Islamic Party (PAS) 18 kursi, Warisan delapan kursi. Kemudian Independents meraih tiga kursi dan satu kursi lainnya didapat Parti Solidariti Tanah Airku (STAR).

Dengan demikian, PH dapat membentuk pemerintahan baru. Sebab, koalisi tersebut plus Warisan telah melampaui batas 112 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas. Berdasarkan hasil pemilihan, oposisi menang di delapan negara bagian, yaitu Johor, Selangor, Kelantan, Terangganu, Penang, Negeri Sembilan, Melaka, dan Kedah.

Ooi Kee Beng, direktur eksekutif Penang Institute, sebuah think thank yang didanai Pemerintah Negara Bagian Penang, menilai kekalahan koalisi BN tak lepas dari sosok pemimpin UMNO, Najib Razak. "Ia merupakan jantung dan jiwa koalisi," ujar Ooi dalam analisisnya di Channel News Asia, kemarin.

Menurut Ooi, kesalahan Najib sudah tampak jauh sebelum menjadi PM pada 2009. Saat itu, dia diduga mengudeta Abdullah Badawi. Masa jabatan Najib pun terganggu oleh sejumlah skandal serius, seperti pembunuhan model Mongolia Altantuya Shaariibuu dan kasus korupsi 1MDB yang diselidiki Amerika Serikat (AS), Swiss, dan Singapura.

Hasil Pemilihan Umum 2013 juga menunjukkan ia gagal memenangkan suara Komunitas Tionghoa Malaysia. Menurut Ooi, setelah itu, Najib pun mengincar elemen yang lebih ekstrem di antara Melayu dan Islamis. "Modus operandi itu tampaknya berhasil dan menyebabkan Pakatan Rakyat kalah. Namun, proses manipulasi politik tanpa akhir itu telah membawa pemain baru tapi lama, yaitu Mahathir," katanya.

Ooi menuturkan, Mahathir yang kembali dari masa pensiun, kembali dengan 'peralatan perang lengkap' disertai tekad kuat menyingkirkan Najib dan membawanya ke pengadilan akibat kasus korupsi. Tekad itu tergambar dalam hasil pemilihan umum yang disampaikan KPU. 

"Tidak diragukan lagi, Mahathir adalah striker paling efektif yang pernah ada. Dia tidak pernah bermain untuk kalah," kata Ooi mengibaratkan Mahathir layaknya Pele dalam perpolitikan Malaysia.

Dalam peta perpolitikan Malaysia, Muslim Melayu telah lama cenderung mendukung kebijakan afirmatif BN yang menawarkan mereka kontrak pemerintah, perumahan murah, dan jaminan penerimaan universitas. Koalisi PH, yang mengandalkan suara dan dukungan dari minoritas etnis Cina dan masyarakat India, berharap pemimpin Melayu veteran itu dapat menang atas pendukung setia BN.

Strategi itu telah berhasil. "Telah ada perubahan signifikan dalam suara etnis Melayu," kata Rashaad Ali, analis dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Singapura. 

Aliansi Mahathir berhasil merebut kendali di negara-negara bagian kunci, seperti di Johor dan Kedah. Aliansi itu juga mengurangi cengkeraman BN di kubu-kubu pertahanan seperti Sarawak.

Kemenangan Mahathir tak pelak menghadirkan kebahagiaan bagi sejumlah masyarakat Malaysia. Salah satunya David Thaiga (57 tahun), salah satu dari ribuan warga Malaysia yang merayakan kemenangan Mahathir di jalan-jalan. "Kami sangat bahagia, hari yang membanggakan bagi Malaysia," kata David dikutip Reuters, kemarin.

Ia pun mengaku telah menunggu momentum tersebut. "Ini adalah keajaiban bagi kami. Dan meskipun saya bukan penggemar Mahathir, saya pikir dia adalah satu-satunya yang bisa meraih kemenangan ini," ujar David.

Sementara itu, Sukumira Sekhar (84) mengaku telah menyaksikan kehidupan di Malaysia sejak awal kemerdekaan. Ia juga telah menjalani hidup di bawah pemerintahan koalisi Barisan Nasional (BN) selama 60 tahun. "Saya sangat senang saya masih bisa menyaksikan kemenangan ini. Saya berharap saya bisa melompat-lompat untuk bersenang-senang, tetapi hanya hati saya melompat-lompat. Saya sangat bangga dengan orang-orang Malaysia, terutama kaum muda dan orang Melayu," kata Sekhar.

Sisi ekonomi

Terpilihnya Mahathir sebagai PM Malaysia juga menarik ditinjau dari sisi ekonomi. Mahathir mewarisi ekonomi yang tumbuh lebih dari lima persen, inflasi yang stabil, dan kurs mata uang yang menjadi salah satu yang terbaik di Asia. Lalu, bagaimana ekonomi Malaysia selanjutnya di bawah kepemimpinan Mahathir?

Janji kampanye utama Mahathir dalam waktu 100 hari menjabat adalah menghapuskan pajak barang dan jasa (good and service tax/GST) sebesar enam persen. Pajak yang diperkenalkan pada tahun 2015 ini secara luas disalahkan oleh warga sebagai penyebab biaya hidup mereka yang meningkat. Koalisi oposisi mengatakan, akan menggantikan GST dengan pajak penjualan dan jasa yang lebih adil.

Koalisi berjanji untuk memperkenalkan kembali subsidi bensin, yang bisa menjadi keuntungan untuk konsumsi. Sebab, pemerintah baru menetapkan target pertumbuhan ekonomi enam persen. Mereka juga berkampanye meningkatkan royalti minyak ke negara bagian penghasil minyak dan menaikkan upah minimum.

Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service mengatakan, tidak ada detail tentang janji pemilu. Tetapi, beberapa janji kampanye akan menjadi negatif untuk Malaysia. Khususnya, menghapus GST tanpa tindakan apa pun untuk mengimbangi kerugian dalam pendapatan akan meningkatkan ketergantungan ekonomi pada pendapatan minyak dan mempersempit basis pendapatan pemerintah.

Malaysia juga harus bersiap-siap akan terjadinya penurunan tajam dalam pertumbuhan investasi jika posisi Mahathir terhadap keterlibatan Cina di bidang infrastruktur mendorong proyek-proyek itu macet, menurut Capital Economics Ltd.

Bank Negara Malaysia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,25 persen. Hal itu sesuai dengan penilaian 18 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sebelum pemilu. Inflasi relatif stabil, melambat menjadi 1,3 persen pada Maret, dengan mata uang yang lebih kuat sejak tahun lalu membantu meredakan tekanan harga. Pemerintah telah memperkirakan inflasi rata-rata 2,5 persen hingga 3,5 persen untuk tahun ini. (Pengolah: muhammad iqbal)

Berita Lainnya

Index