KOTA PEKANBARU memang indah. Indah di lihat dari bangunan gedung- gedungnya. Baik gedung perkantoran pemerintah, gedung perkantoran swasta maupun gedung-gedung bisnis atau usaha seperti gedung perhotelan.
Lebih indah lagi dengan suburnya berbagai jenis pepohonan yang menghiasi Kota Pekanbaru sehingga membuat sejuk mata memandang. Namun dari keindahan Kota Pekanbaru ini masih saja ada beberapa persoalan yang harus dibenahi oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.
Persoalan ini bukan hanya dihadapi oleh Wali Kota yang baru akan tetapi juga sudah dihadapi oleh Walikota - Walikota sebelum nya. Bahkan sejak lama yakni sejak dijabat oleh bapak Farouk Alwi selaku Walikota ditahun 1980-an.
Persoalan itu adalah menyangkut persoalan sampah dan banjir serta parkir. Di sini saya hanya mau mengingatkan kembali bahwa masalah sampah saat dijabat oleh bapak Farouk Alwi kemudian berganti walikota oleh bapak Oesman Effendi Appan, sampah benar-benar menjadi program unggulan.
Saya masih ingat sekali masalah sampah dijadikan Pekerjaan Rumah (PR) Farouk Alwi, dimana seluruh lurah dan camat hingga ke RT dan RW diwajibkan bersih lingkungan.
Farouk Alwi tidak main-main bagi lingkungan yang kedapatan tidak bersih atau berserakan sampah, maka camatnya ditindak tegas.
Farouk Alwi memberikan sanksi dengan sebutan ‘Selempang Hitam’. Dan ‘Selempang Hitam’ mengartikan bahwa camat bersangkutan tidak berhasil menjalankan program bersih lingkungan.
Tindakan tegaspun diberikan oleh beliau terhadap para camat tersebut. Apa tindakan tegasnya? Camat pun dimutasi. Luar biasa ...!!!
Saking pedulinya Walikota saat itu, tong sampah diharuskan berada disetiap rumah warga dan pada hari tertentu petugas kebersihan masuk kampung untuk mengambil sampah- sampah dalam tong sampah warga.
Sungguh luar biasa saat itu untuk penanganan sampah. Julukan ‘Selempang Hitam’, sangat melekat dengan Walikota Farouk Alwi, sehingga para camat benar-benar menjaga kebersihan wilayah kerjanya.
Sampah, banjir dan parkir, tiga komponen yang menjadi program unggulan. Dan program ini dilanjutkan Oesman Effendi Appan pengganti Farouk Alwi.
Saya pernah melakukan wawancara Khusus dengan bapak Oesman Effendi Appan, beliau melanjutkan program kebersihan lingkungan masyarakat. Begitu juga dengan perparkiran, tidak hanya persoalan tata parkiran akan tetapi juga mengontrol retribusi parkir yang waktu itu terjadi kebocoran.
Sanksi tegas waktu itu Kepala PD Parkir (namanya waktu itu) dimutasi. Karena sangat berpengaruh terhadap pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Begitu juga Walikota berikutnya Herman Abdullah dan Walikota berikutnya Firdaus MT. Dimana mereka tetap menjalankan program kebersihan.
Kembali ke Julukan 'Selempang Hitam' yang dicetuskan oleh Farouk Alwi adalah ide yang bagus yang mampu membuat Kota Pekanbaru bersih, yang dilanjutkan oleh bapak Oesman Effendi Appan.
Dimana para Walikota sebelumnya tidak hanya melakukan pembangunan fisik seperti gedung-gedung, jalan-jalan yang notabene menggunakan anggaran besar dari APBD kota, akan tetapi walikota sebelumnya sangat memikirkan bagaimana Kota Pekanbaru bersih-bersih lingkungan.
Namun persoalan ini tak habis-habisnya dibicarakan karena persoalan sampah, banjir dan parkir masih saja terjadi. Saat ini sampah ada dimana-mana, banjir juga masih saja terjadi. Itu terjadi karena drainase yang mampet dan sebagainya. Bila diguyur hujan, maka jalan-jalan raya bagaikan lautan air menggenang.
Dan sampah pun saat ini menumpuk dimana -mana. Persoalan ini harus dicarikan solusi baiknya sehingga Kota Pekanbaru dan lingkungan warga menjadi bersih.
‘Selempang Hitam’ sebaiknya diberikan kembali oleh Walikota yang baru untuk para lurah dan camat. Dengan demikian akan ada solusi yang baik untuk program kebersihan lingkungan sehingga Kota Pekanbaru akan bersih kembali.
Sesuai dengan julukan Kota Pekanbaru: KOTA BERTUAH (Bersih Tertib Usaha Bersama Aman dan Harmonis).***
Penulis: Herianto (1990 hingga 2017 Bekerja di Riau Pos sebagai wartawan dan sebagai GM Riau Pos dan Wakil Pemimpin Redaksi dan Direktur Utama Pekanbaru MX dan Pemimpin Redaksi Pekanbaru MX )***