Rupiah Menguat, Tinggalkan Level Rp14.900 per Dolar AS

Rupiah Menguat, Tinggalkan Level Rp14.900 per Dolar AS
ilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.855 per dolar AS pada perdagangan sore ini, Selasa (18/9), menguat 25 poin dibanding hari sebelumnya

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.855 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Selasa (18/9). Posisi ini menguat 25 poin atau 0,17 persen dari sore kemarin, Senin (17/9) di posisi Rp14.880 per Dolar AS.

Rupiah sempat dibuka melemah pada pagi tadi di kisaran Rp14.898 per dolar AS. Lalu, menanjak hingga ke Rp14.934 per dolar AS. Namun, pada sore hari, rupiah berhasil menguat. 

Kendati begitu, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di kisaran Rp14.908 per dolar AS atau melemah dari posisi kemarin di Rp14.859 per dolar AS. 

Sejalan dengan penguatan rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia juga berakhir di zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,31 persen, peso Filipina 0,18 persen, dolar Singapura 0,14 persen, baht Thailand 0,06 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen. 

Namun, beberapa mata uang lainnya justru berada di zona merah. Yen Jepang melemah 0,1 persen, ringgit Malaysia minus 0,11 persen, rupee India minus 0,12 persen, dan renminbi China minus 0,14 persen. 

Sementara, mata uang utama negara maju mayoritas menguat dari dolar AS. Rubel Rusia menguat 0,53 persen, dolar Australia 0,48 persen, franc Swiss 0,2 persen, dan dolar Kanada 0,17 persen. Namun, poundsterling Inggris melemah 0,2 persen dan euro Eropa stagnan. 

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menduga rupiah berhasil menguat hari ini karena ada intervensi dari bank sentral nasional. Sebab, menurutnya, sentimen eksternal dan internal yang menekan rupiah sejatinya masih ada. 

"Sentimen negatif itu masih ada, jadi ini lebih karena intervensi BI. Pemerintah dan BI tak akan mungkin membiarkan rupiah melebihi Rp15 ribu per dolar AS," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/9). 

Menurutnya, sentimen negatif yang masih ada itu berasal dari kenaikan tarif bea masuk impor sebesar 10 persen yang dikenakan AS kepada produk asal China. Selain itu, defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar US$1,02 miliar juga masih membayangi pasar. 

Untuk esok, Lukman memprediksi tekanan kepada rupiah masih ada. Diproyeksikan, rupiah bergerak di rentang Rp14.800-14.900 per dolar AS.

Berita Lainnya

Index