Sentimen Global Mereda, Rupiah Menguat Rp14.894 per Dolar AS

Sentimen Global Mereda, Rupiah Menguat Rp14.894 per Dolar AS

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.849 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Kamis (20/9). Posisi ini menguat 26 poin atau 0,16 persen dari posisi kemarin sore, Rabu (19/9) di Rp14.875.

Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia berada di zona hijau. Dolar Singapura menguat 0,01 persen, yen Jepang 0,02 persen, won Korea Selatan 0,02 persen, baht Thailand 0,02 persen, ringgit Malaysia 0,14 persen, dan rupee India 0,8 persen. 

Sementara, dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan renminbi China melemah 0,13 persen dan peso Filipina minus 0,1 persen. 

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang turut menguat dari mata uang Negeri Paman Sam. Dolar Kanada menguat 0,02 persen, franc Swiss 0,1 peren, euro Eropa 0,15 persen, poundsterling Inggris 0,35 persen, dan rubel Rusia 0,48 persen. Hanya dolar Australia yang melemah 0,04 persen. 

Dilansir dari CNNIndonesia bahwa Analis Monex Investindo Dini Nurhadi mengatakan rupiah berhasil menguat hari ini karena sentimen yang bisa mempengaruhi rupiah terbilang 'adem ayem', misalnya perang dagang antara AS-China. 

"Perang dagang antara AS-China dipandang tidak menjadi sentimen penggerak pasar soalnya investor menantikan katalis (sentimen) baru. Hal ini juga yang cenderung membuat dolar AS melemah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/9). 

Selain itu, katanya, pasar mempersiapkan diri dalam menanti kepastian kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve pada minggu depan, Kamis (27/9). 

Begitu pula dengan sentimen dari dalam negeri, Dini bilang, pergerakan rupiah relatif stabil karena turut menanti sikap bank sentral nasional apakah akan mengikuti kenaikan bunga The Fed atau tidak. 

Meski, beberapa ekonom di Tanah Air memperkirakan setidaknya BI akan ikut mengerek bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) sejalan dengan kebijakan The Fed.

"Kenaikan ini hanya untuk mengimbangi saja, agar spread (jarak) terjaga. Dengan demikian, tidak ada tekanan capital flows (aliran modal) sekaligus mengurangi tekanan ke rupiah," kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam. 

Berita Lainnya

Index