Rupiah Unjuk Gigi di Tengah Pelemahan Mata Uang Negara Maju

Rupiah Unjuk Gigi di Tengah Pelemahan Mata Uang Negara Maju

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.202 per dolar AS pada perdagangan pasar spot sore ini, Rabu (31/10). Posisi ini menguat 21 poin atau 0,14 persen dibandingkan kemarin sore, Selasa (30/10) di Rp15.223 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp per dolar AS atau menguat dari kemarin sore di Rp per dolar AS. 

Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama beberapa mata uang lainnya, seperti baht Thailand menguat 0,42 persen, peso Filipina 0,29 persen, dan yen Jepang 0,03 persen. 

Namun, beberapa mata uang lainnya justru bersandar di zona merah. Rupee India melemah 0,3 persen, renminbi China minus 0,08 persen, ringgit Malaysia minus 0,08 persen, won Korea Selatan minus 0,06 persen, dolar Hong Kong minus 0,03 persen, dolar Singapura minus 0,01 persen 

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, mayoritas melemah dari dolar AS. Rubel Rusia melemah 0,28 persen, dolar Australia minus 0,25 persen, dan dolar Kanada minus 0,1 persen. Hanya poundsterling Inggris dan franc Swiss yang menguat, masing-masing 0,3 persen dan 0,09 persen. 

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan rupiah hari ini sedikit anomali di tengah pelemahan nilai tukar mata uang lainnya terhadap dolar AS. Ia melihat hal ini tak lepas dari kondisi fundamental ekonomi Tanah Air yang cukup kuat, sehingga berhasil bertahan dari tekanan dolar AS. 

"Memang kondisi fundamental ekonomi tidak jelek. Jadi mungkin ini yang bisa menahan pelemahan rupiah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/10). 

Di saat bersamaan, Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2019. 

Dalam postur APBN 2019, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi dan inflasi seperti proyeksi tahun ini di angka 5,3 persen dan 3,5 persen. Namun, kurs rupiah diasumsikan naik dari semula Rp13.400 per dolar AS pada tahun ini menjadi Rp15.000 per dolar AS pada tahun depan. 

Meski begitu, Dini melihat sentimen terhadap pergerakan rupiah akan cukup besar pada esok hari. Pasalnya, pada dini hari nanti, akan dirilis data mengenai tenaga kerja versi Non-Farm Payroll (NFP). 

"Ekspektasinya tenaga kerja bertambah sekitar 188 ribu atau lebih rendah dari sebelumnya 230 ribu. Meski ekspektasi ini rendah, tapi indeks dolar AS kemungkinan masih tetap memiliki momentum penguatan," katanya. 

Selain itu, rupiah juga berpotensi melemah pada esok hari karena genderang perang dagang mulai dibunyikan lagi oleh pemerintah AS kepada China melalui tarif baru untuk bea masuk impor produk-produk dari Negeri Tirai Bambu.

Berita Lainnya

Index