JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.590 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini, Rabu (7/11). Posisi ini menguat 214 poin atau 1,45 persen dari kemarin sore, Selasa (6/11).
Sementara kurs refensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.764 per dolar AS atau menguat dari kemarin sore di Rp14.891 per dolar AS.
Kondisi rupiah hari ini memimpin penguatan mata uang lain di kawasan Asia. Setelah rupiah, baht Thailand menguat 0,33 persen, yen Jepang 0,25 persen, dan dolar Singapura 0,23 persen.
Kemudian, peso Filipina menguat 0,2 persen, rupee India 0,17 persen, ringgit Malaysia 0,13 persen, dan won Korea Selatan 0,04 persen. Namun, dolar Hong Kong stagnan dan renminbi China melemah 0,04 persen.
Sebaliknya, mata uang utama negara maju kompak bersandar di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,43 persen, franc Swiss 0,4 persen, euro Eropa 0,4 persen, poundsterling Inggris 0,34 persen, rubel Rusia 0,21 persen, dan dolar Kanada 0,14 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan penguatan rupiah hari ini memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS karena hasil Pemilu Kongres AS, di mana hitung cepat atau quick count menyatakan Partai Demokrat berhasil mengungguli Partai Republik.
"Memang sudah diperkirakan Partai Demokrat yang menang dan ketika menang, artinya nanti arah kebijakan Trump tidak akan sebebas sebelumnya. Apalagi Partai Demokrat memang ingin mengatur persoalan perdagangan belakangan ini," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (7/11).
Di sisi lain, sentimen positif terhadap dolar AS berupa kelanjutan kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve juga teralihkan dengan sentimen hasil Pemilu Kongres AS. Meski, The Fed sejatinya akan kembali memberikan pengumuman pada Jumat mendatang (9/11).
Sementara dari domestik, Dini menilai penguatan rupiah yang paling tinggi diantara mata uang lainnya, terjadi karena secara fundamental ekonomi Indonesia memang cukup meyakinkan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5,17 persen pada kuartal III 2018.
Tak ketinggalan, Indeks Harga Konsumen (IHK) meski mengalami kenaikan harga atau inflasi, namun rentangnya stabil di kisaran target pemerintah dan BI sekitar 3,5 persen sampai akhir tahun ini. "Bisa dibilang, ini buah manis dari bagusnya perekonomian Indonesia," pungkasnya.