Pejabat Iran Sebut Trump Presiden Gila

Pejabat Iran Sebut Trump Presiden Gila
Seorang pejabat Kemlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian, menganggap pemimpin AS, Donald Trump, sebagai 'presiden gila' menyusul ketegangan antara kedua negara. (/Carlos Barria)

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Seorang direktur di Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, menganggap pemimpin Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai "presiden gila" menyusul ketegangan antara kedua negara.

Selain menyebut Trump "gila", Amir-Abdollahian juga menilai pemerintahan AS saat ini "kebingungan" lantaran terus menekan Iran dengan sanksi ekonomi dan di saat bersamaan meminta dialog dengan negaranya.

"Dalam pikirannya, Trump berpikir dia mengarahkan pistol ke kepala Iran dengan sanksi dan dia mencoba mematikan ekonomi kami. Ini semua ada di dalam imajinasi Trump. Dan sekarang dia ingin kami berdialog dengannya? Dia (Trump) adalah presiden gila," kata Amir-Abdollahian dalam wawancaranya dengan CNN, Senin (20/5).

Amir-Abdollahian juga mengatakan Trump tidak seimbang dan tak stabil dalam pengambilan keputusan. Ia kemudian menuduh pejabat Gedung Putih "yang saling bertentangan dalam pengambilan kebijakan."

Dalam wawancaranya, Ia juga menyingung penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, sebagai "penghasut perang." Bolton memang dikenal dengan kebijakan kerasnya dalam menghadapi musuh AS, seperti Iran.

"Trump tidak cukup seimbang dan stabil dalam pengambilan keputusan. Jadi kita ini berurusan dengan Gedung Putih yang bingung. Iran menerima banyak sinyal yang menunjukkan bahwa tidak tahu siapa yang berkuasa di Gedung Putih," kata Amir-Abdollahian.

Sebagai contoh, Amir-Abdollahian melihat kicauan Trump di Twitter yang berkontradiksi dengan kebijakannya sendiri dan tak jarang plin-plan.

Dalam pernyataannya pada Senin (20/5), Trump menegaskan bahwa AS membuka kemungkinan negosiasi jika Iran siap dan mau berinisiatif mengontak Washington lebih dulu.

"Kami tentunya ingin bernegosiasi, saya hanya ingin mereka menghubungi kami ketika mereka siap," kata Trump.

Namun, tak lama setelah melontarkan pernyataan itu, Trump berkicau di Twitter bahwa ia tidak pernah menyatakan ingin bernegosiasi dengan Iran lagi.

"Berita bohong seperti biasa mengutip pernyataan yang salah mengatakan bahwa AS berupaya menggelar negosiasi dengan Iran tanpa penjelasan. Ini adalah berita yang salah," kicau Trump.

Relasi AS-Iran kembali memanas sekitar dua pekan lalu, menyusul ultimatum Presiden Hassan Rouhani yang mengancam akan melanjutkan pengayaan uranium negaranya.

Langkah itu diambil Iran setelah AS di bawah kepemimpinan Trump memutuskan keluar dari perjanjian nuklir JCPOA pada Mei 2018 lalu. Washington juga kembali menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Sejak ultimatum Rouhani tersebut, AS dan Iran terus saling melontarkan ancaman dan beradu mulut. Trump bahkan mengerahkan kapal induk dan sejumlah pesawat pengebom ke Timur Tengah.

"Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir bagi Iran. Jangan pernah mengancam AS lagi," kata Trump melalui kicauannya di Twitter, Minggu (19/5).

Sementara itu, Iran telah menegaskan bahwa negaranya tak minat untuk berperang di kawasan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengatakan tidak ada pihak yang "memiliki ilusi bahwa mereka bisa menghadapi Iran." 

"Kami yakin bahwa tidak akan ada perang karena kami dan siapa pun itu tidak memiliki ilusi bahwa mereka bisa menghadapi Iran di kawasan," kata Zarif yang dilansir CNNIndonesia.

#Makan

Index

Berita Lainnya

Index