Erdogan Serukan Dukungan atas Pemboikotan ‘Produk Pemukiman Illegal Israel’

Erdogan Serukan Dukungan atas Pemboikotan ‘Produk Pemukiman Illegal Israel’

ISTANBUL, RIAUREVIEW.COM - Presiden Turki Erdogan menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Muslim yang mengutuk peristiwa di Gaza dan pembukaan kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem. Pertemuan itu juga merekomendasikan bahwa boikot dikenakan atas barang-barang Israel.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan bahwa Turki mungkin mempertimbangkan untuk memberlakukan larangan impor beberapa barang Israel, sebagai reaksi atas pembunuhan demonstran Palestina di perbatasan Gaza, media melaporkan pada hari Selasa (22/5).

Erdogan, yang berkampanye untuk pemilihan kembali pada bulan Juni, minggu lalu menjadi tuan rumah para pemimpin Muslim yang mengutuk peristiwa di Gaza dan pembukaan kedutaan Amerika Serikat (AS) di Yerusalem.

Berbicara kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari Bosnia pada hari Minggu (20/5), Erdogan mengatakan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara telah merekomendasikan bahwa boikot dikenakan atas barang-barang Israel.

“Saya berharap bahwa negara-negara anggota OKI menerapkan keputusan boikot sesuai dengan rekomendasi. Akibatnya, tidak ada produk yang harus dibeli dari sana lagi. Secara alami kami akan menilai situasi ini dengan cara yang sama,” kata surat kabar Hurriyet melaporkan perkataan Erdogan.

Deklarasi oleh OKI pada hari Jumat (18/5) mengulangi seruan bagi negara-negara anggota untuk melarang “produk dari pemukiman ilegal Israel memasuki pasar mereka,” merujuk pada barang-barang yang diproduksi di Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.

Deklarasi itu tidak mengincar larangan atas semua barang Israel.

Deklarasi itu juga menyerukan “pembatasan ekonomi (atas) negara, pejabat, parlemen, perusahaan atau individu” yang mengikuti jejak Amerika Serikat dan memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem.

Tindakan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke sana membalikkan kebijakan AS selama puluhan tahun, membuat dunia Arab dan sekutu Barat terganggu.

Erdogan mengatakan pekan lalu bahwa tindakan Trump telah mendorong Israel untuk menghentikan protes di perbatasan dengan Gaza dengan kekuatan yang berlebihan, menyamakan tindakan itu dengan perlakuan Nazi Jerman terhadap orang-orang Yahudi di Perang Dunia II, ketika jutaan orang terbunuh di kamp-kamp konsentrasi.

Kekerasan di Gaza, di mana lebih dari 60 orang Palestina tewas pada 14 Mei menyebabkan Turki dan Israel mengusir diplomat senior masing-masing. Erdogan juga berseteru di Twitter dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Berita Lainnya

Index