Kim Jong-un Takut Korut Kudeta Militer saat Dia Bertemu Trump

Kim Jong-un Takut Korut Kudeta Militer saat Dia Bertemu Trump
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Foto/REUTERS
SEOUL, RIAUREVIEW.COM - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dilaporkan takut negaranya terjadi kudeta militer ketika dia melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pertemuan itu dijadwalkan pada 12 Juni di Singapura.

Ketakutan Kim Jong-un itu diungkap sumber yang mengetahui tentang persiapan pertemuan dua pemimpin tersebut. Sumber tersebut, sebagaimana dikutip The Washington Post, mengatakan bahwa pemimpin muda Pyongyang tersebut sejatinya kurang peduli tentang pertemuannya dengan Trump.

Dia lebih memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di dalam negeri saat dia meninggalkan Korut. Pertemuan Kim dan Trump untuk membahas denukliriasi total di Semenanjung Korea.

Sumber tersebut mengatakan, selain kudeta militer, ada aktor bermusuhan lain yang dia cemaskan karena berpotensi untuk menggulingkannya.

Dinasti Kim telah memerintah Korea Utara sejak berdirinya negara. Kim Jong-un merupakan generasi ketiga dari dinasti tersebut.

Para ahli membenarkan ada desas-desus tentang pemberontakan militer yang setiap saat bisa meletus di Korea Utara.

"Gagasan bahwa Kim aman dalam kekuasaannya pada dasarnya salah," kata Victor Cha, seorang Direktur Urusan Asia untuk Dewan Keamanan Nasional AS era pemerintahan George W. Bush, dalam sebuah artikel.

"Diktator mungkin menggunakan kekuatan ekstrem dan kejam seperti Kim, tetapi mereka juga secara patologis tidak percaya diri tentang cengkeraman mereka di atas takhta," lanjut Cha.

Laporan kecemasan Kim Jong-un akan adanya kudeta militer di Korut itu diperparah dengan komentar Wakil Presiden AS Mike Pence yang memperingatkan negara komunis itu akan bernasib serupa dengan Libya saat dipimpin Kolonel Muammad Khaddafi.

Sekadar diketahui, Khaddafi telah melucuti program senjata nuklirnya yang baru lahir untuk menghentikan intervensi dan sanksi Barat, dan merundingkan integrasi ekonomi dengan Barat. Tapi beberapa tahun kemudian, Khaddafi dibunuh oleh pemberontak setelah rezimnya ditumbangkan NATO yang dipimpin AS.

Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son-hui mengecam keras komentar Pence. Menurutnya, pernyataan wapres Amerika itu sudah kurang ajar.

"Sebagai orang yang terlibat dalam urusan AS, saya tidak dapat menekan keterkejutan saya atas pernyataan dungu dan bodoh seperti itu keluar dari mulut wakil presiden AS," kecam Choe, yang dilansir KCNA, Kamis (24/5/2018).

"Dalam hal ini AS menentang niat baik kami dan berpegang pada tindakan yang melanggar hukum dan keterlaluan, saya akan mengajukan saran kepada pimpinan tertinggi kami untuk mempertimbangkan kembali pertemuan puncak DPRK-AS," lanjut Choe.

Berita Lainnya

Index