Tim SAR Temukan Alat Penentu Arah Penerbangan Lion Air JT-610

Tim SAR Temukan Alat Penentu Arah Penerbangan Lion Air JT-610

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Tim SAR Gabungan menemukan Emergency Locator Transmiter (ELT) milik pesawat Lion Air JT-610 pada proses evakuasi, Minggu (4/11) malam. ELT ditemukan tim penyelam di kedalaman 30 meter perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.

"Ini ada ELT, dia posisinya di kokpit dengan satu lagi ada filght direction untuk menentukan arah penerbangan," kata Komandan Satuan Kapal Amfibi Koarmada I Kolonel Laut (P) Bambang Trijanto yang dilansir CNNIndonesia, di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (5/11).

Bambang menerangkan, ELT berfungsi untuk memberi tahu pilot jika pesawat yang dikemudikan keluar dari jalur yang sudah ditentukan. Selain ELT, dia melanjutkan, Tim SAR Gabungan telah menemukan roda pesawat. Menurut dia, roda juga ditemukan di kedalaman 30 meter dalam kondisi tertimbun pasir serta lumpur.

Bambang pun membenarkan ELT ini dapat membantu untuk mengetahui titik koordinat pesawat saat jatuh ke perairan Tanjung Pakis. "Bisa jadi salah satu indikatornya (menemukan ELT bisa menemukan titik korodinat). Tapi yang paling penting FDR dan CVR," ucap dia.

Tim SAR Gabungan tercatat telah mengirim sebanyak 137 kantong jenazah ke Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto alias RS Polri Kramat Jati hingga Minggu (4/10).

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Komisaris Besar Edy Purnomo mengatakan pihaknya juga sudah menerima 255 data antemortem atau data pra-kematian dari keluarga korban. Rinciannya, 212 pelapor data menyampaikan ke pos data antemortem di RS Polri, dan 43 lainnya disampaikan ke pos yang berada di Provinsi Bangka Belitung.

Dari seluruh data antemortem yang dilaporkan itu, 189 di antaranya sudah terverifikasi. Ia mengatakan bahwa hingga hari ini 14 korban kecelakaan pesawat tersebut telah teridentifikasi. Rinciannya 11 orang merupakan laki-laki dan 3 lainnya perempuan.

Temuan identifikasi 14 jenazah korban kecelakaan pesawat Lion Air ini memang jauh di bawah jumlah total penumpang manifes sebanyak 189 penumpang.

Tim DVI mengakui banyak tantangan dalam proses identifikasi jenazah korban. Kepala Bidang DVI Polri Komisaris Besar Lisda Cancer mencontohkan tidak semua jenazah korban kecelakaan Lion Air itu dievakuasi dalam keadaan utuh, bahkan beberapa di antaranya memiliki ukuran minimal dan tidak bisa diperiksa rahang gigi dan sidik jarinya.

"Akhirnya harus diperiksa melalui sampel DNA. Namun itu kan tidak bisa sebentar, minimal membutuhkan waktu empat sampai lima hari," kata Lisda.

Selain itu, waktu semakin molor karena di dalam kantong jenazah juga ada kemungkinan tercampur dengan jenazah lainnya, sehingga dibutuhkan pemisahan lebih dulu.

Kendati demikian, tim DVI menyebut data sekunder korban seperti tanda medis dan properti yang digunakan ketika berangkat bisa menjadi salah satu acuan jika data primer lainnya tidak bisa diperiksa, dengan catatan data tersebut harus sangat khas.

Diketahui, pesawat Lion Air JT-610 mengalami kecelakaan pada Senin (29/10) pagi. Pesawat ini mengangkut 189 orang, terdiri atas 178 penumpang dewasa, satu anak, dan dua bayi, serta delapan awak kabin.

Pesawat Boeing 737-300 MAX 8 itu dipastikan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat setelah dilaporkan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB atau sekitar 13 usai lepas landas dari Bandara Soetta, Jakarta menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Berita Lainnya

Index