4 Penyakit yang Belum Dapat Disembuhkan Secara Permanen

4 Penyakit yang Belum Dapat Disembuhkan Secara Permanen

RIAUREVIEW.COM -Selain HIV/AIDS, ternyata ada beberapa jenis penyakit dan virus yang belum dapat disembuhkan. Para ilmuwan dunia bahkan telah melakukan berbagai cara untuk memecahkan misteri tersebut. Namun meski telah dibantu teknologi canggih, mereka masih saja menemukan berbagai kendala.

Daripada penasaran, berikut beberapa penyakit yang belum dapat disembuhkan secara permanen, sebagaimana dilansir dari okezone.com:

Lupus

Penyakit yang satu ini mungkin masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Lupus memang baru mencuat dalam 1 dekade terakhir. Padahal, penderita penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya, penyebab penyakit lupus belum dapat diketahui secara pasti, sehingga para asli belum menemukan cara yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Mau tidak mau, para penderita lupus harus mengonsumsi sejumlah obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter setiap hari.

Dalam beberapa kasus, lupus dapat menyebabkan kematian hingga menyebabkan komplikasi penyakit. Seperti yang dialami penyanyi cantik Selena Gomez. Beberapa waktu lalu, kekasih Justin Bieber itu terpaksa menjalani operasi transplantasi ginjal, akibat penyakit lupus yang diidapnya. Menurut pengakuan Dr. dr Iris Rengganis, SpPD-KAI, dokter spesialis penyakit dalam dan ahli di bidang autoimun, ada beberapa cara ampuh agar para penderita lupus mendapatkan remisi sehingga bisa menjalani hidup secara normal. Salah satunya adalah menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan organik.

Thalasemia  

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak dan keturunannya. Penyakit ini disebabkan karena berkurang atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Hal tersebut kemudian memicu pecahnya eritrosit dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia). Menilik asal usulnya, thalasemia sebetulnya dapat ditemui di seluruh dunia terutama di negara-negara yang termasuk dalam thalassemia belt meliputi, Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika sub-sahara, dan Mediterania, termasuk Indonesa.

Prevalensi penduduk dunia yang memiliki kelainan gen hemogoblin diprediksi mencapai 7-8%. Dengan kata lain, seharusnya di Indonesia terdapat sekitar 20 juta penduduk yang membawa kelainan gen tersebut. Berdasarkan gejalannya, thalasemia terbagi menjadi 3 kategori yakni, thalasemia minor/trait/pembawa sifat, thalasemia inermedia, dan yang paling berbahaya adalah thalasemia mayor. Pasien thalasemia harus melakukan transfusi darah terus menurus seumur hidupnya, mengingat hingga saat ini para ahli belum menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Ebola

Kasus ebola sempat mengguncang dunia setelah menyerang kawasan Afrika Barat pada tahun 2014 lalu. Secara umum, ebola merupakan virus dari filoviridae yang menyebabkan kekacauan terhadap kemampuan tubuh untuk mengentalkan dan menebalkan darah. Virus ini pertama kali muncul pada tahun 1976, kemudian menyebar hingga ke kawasan Zaire (sekarang negara Demokratik Kongo), lalu muncul lagi beberapa tahun lalu.

Penularan virus ebola diketahui melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan yang terinfeksi. Virus tersebut ternyata juga dapat menyerang hewan liar yang terinfeksi atau mati. Beberapa jenis hewan yang bisa tertular antara lain, simpanse, gorilla, monyet, antelop hutan, dan kelelawar buah. Perlu dicatat bahwa penyaki ini berpotensi menyebar dan memiliki angka kematian tinggi hingga mencapai 90%, dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.

Skizofrenia

Mengutip beberapa sumber, skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, hingga terjadi perubahan perilaku. Kondisi ini bisa berlangsung lama dan sering dikatikan sebagai penyakit gangguan mental. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja baik laki-laki maupun perempuan di usia yang produktif yaitu, 15-35 tahun. Dalam perkembangannya, para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab munculnya skizofrenia, dan diklaim belum dapat disembuhkan. Namun ada yang menduga bahwa penyakit ini dipicu faktor psikologis, genetik, dan lingkungan.

Berita Lainnya

Index