BI: Investor Asing Mulai 'Parkir' Duit ke Indonesia

BI: Investor Asing Mulai 'Parkir' Duit ke Indonesia
Bank Indonesia (BI) mengklaim investor asing mulai melirik memarkirkan modalnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Bank Indonesia (BI) mengklaim investor asing mulai melirik negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memarkirkan modalnya. Hal ini tercermin dari penyerapan Surat Berharga Negara (SBN) beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data hasil lelang SBN Kementerian Keuangan, pemerintah berhasil menarik pembiayaan dari SBN sebesar Rp20 triliun dengan imbal hasil (yield) sekitar 5,57-8,72 persen. Namun, penawaran yang datang dalam lelang SBN ini sebenarnya mencapai Rp51,35 triliun. 

"Kami pantau, beberapa waktu terakhir ini, investor global mulai merasa tidak bisa terus menerus menaruh dananya di Amerika Serikat, sehingga mereka mulai mengalirkan ke negara berkembang, termasuk Indonesia," tutur Gubernur BI Perry Warjiyo yang dilansir CNNIndonesia, di Kompleks Gedung BI, Kamis (27/9). 

Menurutnya, investor asing mulai memiliki pandangan tersebut karena pertumbuhan ekonomi global masih diselimuti ketidakpastian dan ketegangan perdagangan. 

Semula, kedua hal itu memang membuat investor asing cenderung membawa dananya pindah ke AS karena penempatan dana di Negeri Paman Sam dinilai lebih aman. 

Belum lagi, ada pengaruh dari kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve yang membuat imbal hasil (yield) surat utang AS, US Treasury meningkat. Sehingga, hasil investasi menjadi lebih menggiurkan. 

"Tapi mereka tidak bisa seperti ini terus menerus, jadi mereka mulai melihat lagi negara berkembang, sehingga ini bisa mengembalikan arus modal asing ke Indonesia," ujarnya. 

Di sisi lain, Perry mengklaim ada pengaruh kebijakan domestik yang cukup berhasil mengembalikan kepercayaan asing untuk membawa dananya kembali masuk ke Indonesia. 

Pengaruh itu datang dari komitmen pemerintah dan bank sentral nasional untuk menguatkan fundamental ekonomi Indonesia dengan memulihkan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). 

"Investor global sudah melihat mana negara yang sudah melakukan kebijakan prudent. Indonesia dibedakan dari negara berkembang lainnya. Hal ini karena kebijakan moneter yang pre-emtive dan kebijakan fiskal yang prudent, serta langkah-langkah konkret dari pemerintah," terang dia. 

Untuk itu, Perry berharap ke depannya sejumlah upaya yang telah dilakukan BI dan pemerintah dapat mengembalikan aliran modal dari investor asing dan kemudian berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah serta stabilitas ekonomi Tanah Air.

Berita Lainnya

Index