Ekonomi AS Tumbuh Melambat, Dolar Justru Perkasa

Ekonomi AS Tumbuh Melambat, Dolar Justru Perkasa

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sekeranjang mata uang utama pada Senin (29/19), tertinggi dalam 10 pekan terakhir. Penguatan tersebut dilakukan setelah data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat kurang dari yang diharapkan dan sebagai sentimen risiko global tetap rapuh.

Penguatan mata uang AS tersebut karena permintaan investor untuk aset berisiko, seperti saham turun seiring kekhawatiran atas turunnya pendapatan perusahaan, ketidakpastian geopolitik, dan pertumbuhan global.

"Perkembangan di pasar ekuitas AS adalah fokus utama di pasar valuta asing," kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi mata uang di Mizuho Securities, dilansir dari Reuters dan CNNIndonesia, Senin (29/10).

Pada hari ini, indeks dolar yang mengukur kinerjanya terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,1 persen menjadi 96,446. Indeks telah menguat 1,4 persen sepanjang bulan ini.

Akhir pekan lalu, dolar AS mencapai level terbaiknya sejak 15 Agustus, setelah data menunjukkan ekonomi AS melambat pada kuartal III 2018, tetapi lebih baik dari ekspektasi. 

Ketegangan perdagangan antara AS dan Chia, serta laju kenaikan suku bunga yang stabil oleh Federal Reserve, telah mendorong dolar AS berfungsi sebagai tempat berlindung yang aman pada saat terjadi gejolak dan tekanan ekonomi.

Ekonomi AS yang kuat juga mendukung dolar, meskipun beberapa laba perusahaan yang lemah telah mulai menimbulkan keraguan tentang prospek pertumbuhan, terutama di tengah meningkatnya biaya pinjaman.

Euro merosot 0,1 persen pada hari ini atau 1,8 persen sepanjang bulan ini karena kekhawatiran terhadap anggaran belanja bebas Italia yang akan melanggar peraturan fiskal Uni Eropa. Pasar gelisah dan imbal hasil obligasi Italia telah melonjak sejak September karena UE tidak menyetujui rencana anggaran Roma.

Terhadap yen, dolar bertahan stabil di 111,90 yen.

Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities, mengatakan beberapa pemain pasar seperti hedge fund yang fokus makro telah mulai membeli kembali mata uang yang berisiko, bermunculan pasar yang dilanda awal tahun ini.

"Ketika pasar keuangan di AS dan di seluruh dunia menurun, mata uang pasar yang sedang berkembang biasanya dijual," kata Ishizuki.

Indeks mata uang emerging market MSCI pada Senin naik tipis 0,2 persen diperdagangkan 1,2 persen di atas lebih dari satu tahun terendah pada 11 September.

Sementara, nilai tukar rupih hingga siang ini turut bergerak melemah 13,5 poin atau 0,09 persen dari posisi akhir pekan lalu ke level Rp15.230 per dolar AS.

Berita Lainnya

Index