Rupiah Masih Betah di Kisaran Rp15 Ribu per Dolar AS

Rupiah Masih Betah di Kisaran Rp15 Ribu per Dolar AS
Ilustrasi

JAKARTA, RIAUREVIEW.COM -Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.075 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini, Rabu (3/10). Posisi ini melemah 32 poin atau 0,22 persen dari penutupan perdagangan kemarin sore, Selasa (2/10) di level Rp15.043 per dolar AS. 

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.088 per dolar AS atau melemah 100 poin dari hari sebelumnya di Rp14.988 per dolar AS. 

Di kawasan Asia, mata uang bergerak variasi. Beberapa mata uang melemah di hadapan dolar AS, seperti rupee India minus 0,5 persen, yen Jepang minus 0,16 persen, dolar Singapura minus 0,14 persen, baht Thailand minus 0,06 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,04 persen. 

Namun, beberapa mata uang lainnya bersandar di zona hijau, seperti ringgit Malaysia menguat 0,02 persen, won Korea Selatan 0,06 persen, dan peso Filipina 0,08 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Dolar Australia melemah 0,47 persen, franc Swiss minus 0,19 persen, dan dolar Kanada minus 0,08 persen. Namun, beberapa di antaranya berhasil menguat, misalnya poundsterling Inggris 0,22 persen, euro Eropa 0,14 persen, dan rubel Rusia 0,02 persen. 

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan rupiah masih bersandar di zona merah karena tidak ada sentimen positif yang berhasil menggerakkan rupiah, baik dari dalam maupun luar negeri. Justru, sentimen negatif dari luar negeri masih membayangi rupiah. 

"Sentimen eksternal masih jadi penggerak rupiah. Dari Indonesia sendiri belum ada rilis data penting atau outlook yang berasal dari BI dan pemerintah," ucap Dini yang dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (3/10). 

Sementara sentimen dari eksternal yang masih membayangi rupiah, yaitu kesepakatan perubahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) antara Kanada dan AS. 

Kemudian, rencana kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve sebanyak tiga kali pada 2019 dan satu kali pada 2020. Hal ini karena The Fed ingin mengimbangi tingkat inflasi AS agar tetap bertahan di kisaran 2 persen. 

"Di sisi lain, karena sudah lewat level psikologis Rp15 ribu per dolar AS, jadi untuk tembus ke bawah lagi secara teknikal memang agak susah kalau tidak ada katalis positif," pungkasnya.

Berita Lainnya

Index