Raja Sang Naualuh Damanik : Raja ke-XIV

Selama Pengasingan, Jadi Guru Ngaji dan Sebarkan Islam

Selama Pengasingan, Jadi Guru Ngaji dan Sebarkan Islam
Makam (BCB) Raja Pematang Siantar Sang Naualuh Damanik, Jalan Bantan, Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis.(sukardi)

BENGKALIS,RIAUREVIEW.COM-Kota Bengkalis, yang berada di Pulau Bengkalis terdiri dari dua kecamatan yakni Bengkalis dan Bantan memiliki sejumlah situs sejarah perjuangan. Salah satunya berdiri makam Raja Sang Naualuh Damanik, di Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis.

Raja Sang Naualuh Damanik, tercatat lahir di Pematagsiantar Tahun 1857. Semasa hidup, Raja Sang Naualuh Damanik pernah memerintah Kerajaan Siantar dari Tahun 1882-1904 dan tercatat sebagai Raja XIV (ke-14) dari Dinasti Siantar (1350-1904).

Raja Sang Naualuh Damanik sangat gigih berjuang dan menentang penjajahan Belanda. Beberapa perlawanan dibuktikannya terhadap penjajah Belanda, menolak menandatangani tanda takluk kepada Belanda atau dikenal dengan Korte Verklaring (perjanjian pendek), yang akhirnya ditangkap Belanda Tahun 1904.

Meskipun sudah menahan Raja Siantar itu selama dua tahun. Akan tetapi, penjajah Belanda belum merasa puas, hingga mengasingkan Raja Sang Naualuh Damanik ke Pulau Bengkalis pada Tahun 1906. Dalam pengasingannya di Bengkalis, Raja Sang Naualuh Damanik ini juga turut menyiarkan Agama Islam.

Raja Sang Naualuh Damanik wafat di Bengkalis Tahun 1914. Sebelum akhir hayatnya, Raja Sang Naualuh Damanik sempat menjadi guru ngaji di daerah pengasingannya. Ia dimakamkan di Tanah Wakaf Syekh Budin bin Senggoro, Jalan Bantan, Desa Senggoro.

Kondisi makam Raja Pematang Siantar ini sampai hari ini tetap terjaga dan terawat dengan baik. Meski di malam hari terkadang tidak diterangi lampu di areal makam. Namun, makam tersebut jadi salah satu sejarah penjajahan Belanda. Hingga saat ini makamnya juga terpelihara dengan baik dan sering dikunjungi peziarah.(int)

 

 

 

 

Berita Lainnya

Index