Apa yang Diharapkan dari Pilkada?

Apa yang Diharapkan dari Pilkada?

Oleh: Jon Hendri, S.H.

     Sebuah pertanyaan elifsis bagi masyarakat, apa sesungguhnya yang diharapkan dari Pilkada? Pertanyaan ini kesannya mengada-ada, tetapi jika kita cermati perkembangan yang terjadi, maka pertanyaan ini agaknya perlu dikemukakan sebagai bahan evaluasi atas pilkada yang selama ini terjadi.

     Pertanyaan juga untuk mengingatkan agar sepatutnya masyarakat pemilih tidak bergeser orientasi dari tujuan sesungguhnya dari pilkada itu sendiri.

     Kenapa demikian? Sebab dalam perjalanan waktu selama beberapa kali pilkada, jika kita amati, telah terjadi pergeseran yang lumayan jauh dari sasaran yang ingin dicapai dari pilkada itu sendiri. Pergeseran itu bukan kepada hak-hak pemilih atau produk keputusan yang dikeluarkan, tetapi lebih kepada orientasi dan sisi pandang sebagian pemilih terhadap proses pilkada itu sendiri.

    Liku dan ragam proses yang terjadi di tengah masyarakat memperlihatkan sebuah keadaan  di mana proses saling dukung yang tidak lagi dapat dikatakan alami. Motif-motif yang bermunculan belakangan lebih banyak kepada sintesa artifisial, di mana keaslian tertutupi oleh dandanan ke pura-puraan.
       
    Kolaborasi yang menyimpang antara masyarakat dan calon akhirnya begitu banyak melahirkan pola dan model yang imitasi, bahkan sampai menumpulkan akal untuk sebuah kemurnian. Gerakan gerakan politik terutama yang dilakoni oleh tim sukses, terkadang menjadi "beringas politik" lalu menyiapkan pasukan pengintai dan pembantai sehingga sekecil apapun kesalahan dan dipandangan kelemahan yang ada pada lawan, dihajar dan dikejar.
 
    Gerakan gerakan calon terkadang bukan saja berlebihan alias lebai --karena terkesan mengada-ada-- tetapi juga terkadang sampai kepada gerakan kebohongan publik, merekayasa sesuatu yang tidak ada menjadi seolah olah ada.
      
     Inilah gerakan gerakan politik "serigala berbulu domba" yang marak terjadi, dan anehnya lagi sebagian masyarakat pemilih banyak pula yang tertarik dan memandang cara ini sesuatu yang menyenangkan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menentukan pilihan.

     Padahal semua kita harusnya tau bahwa  pilkada sesungguhnya bertujuan untuk memilih pemimpin yang idial bagi upaya membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat dan daerah.
      
   Atas tujuan itulah masyarakat diberi peran untuk ikut memilih pemimpin. Sebaliknya, jangan pula masyarakat membiarkan keberadaan dan wewenangnya untuk sekedar legitimasi bagi pemimpin yang tidak baik, akan lebih menyedihkan kalau masyarakat jadi terombang ambing di tengah kebingungan akibat ketidakpahaman atau akibat pengaruh yang menyesatkan atau akibat tindakan kepura-puraan para calon.

   Dalam fungsinya sebagai pemberi hak suara, maka harapan yang muncul tentunya masyarakat  mampu memberikan dukungan kepada pasangan calon yang memang pantas agar amanat yang diberikan kepada pemimpin dapat berjalan dengan baik.
      
   Masyarakat diharapkan mampu menjadi filter dalam melahirkan pemimpin, mengapa? Sebab pemimpin lahir dari perut masyarakat, dengan bahasa lain masyarakat mengetahui benar sifat dan karakter calon pemimpin yang akan dipilih. Masyarakat sangat mungkin mengetahui baik buruknya perangai calon pemimpin.
       
    Dengan gambaran ini maka sepatutnya masyarakat tidak terlena atau terpengaruh dengan politik, "musang berbulu ayam" yang dilakukan masing-masing calon, malahan sepatutnya gerakan gerakan kamuflase yang dilakukan para calon harus menjadi titik penilaian tersendiri dan dapat dijadikan tanda-tanda bahwa sang calon sudah tidak pantas untuk dipilih sebab ada indikasi memiliki kecacatan moral.

    Masyarakat sepatutnya memegang kunci dari hakekat pilkada yang sesungguhnya, yaitu memilih pemimpin yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Salah memilih pemimpin akibatnya menghancurkan masyarakat. Begitu pentingnya pemimpin sampai Allah SWT menjadikan pemimpin sebagai keberkahan negeri dan juga kehancuran sebuah negeri.

    Artinya, pemimpin yang tepat akan melahirkan keberkahan dan salah pilih pemimpin itu bahagian dari musibah.

    Masyarakat yang beragama Islam  sebaiknya sebelum memilih meminta petunjuk dari Allah SWT dengan istikhoroh. Mengapa? Sebab di dalam Islam, pilihan yang diberikan harus dipertanggungjawabkan kehadapan Tuhan.

     Yang kedua agar pemimpin yang dipilih benar-benar sesuai dengan yang diharapkan. Agar pemerintah terpilih mampu mensejahterakan masyarakat, membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat dan daerah. Selalulah bertanya, "Apa yang diharapkan dari pilkada? Agar pilihan tidak salah arah.*

Berita Lainnya

Index